Mohon tunggu...
Sellyn Nayotama
Sellyn Nayotama Mohon Tunggu... -

Siswa SMP kelas 2 (thn 2018), suka membaca dan menulis. Novel pertama "Queen Kendzie" (terbitan Kompas Gramedia); cerpen "Jam Weker Shabby" dalam antologi (Penerbit Mizan). Baca juga di akun: www.kompasiana.com/sellynnayotama

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Senyummu Merekah di Hatiku

7 Maret 2018   22:16 Diperbarui: 7 Maret 2018   23:33 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teman-teman, pernah nggak kalian merasa bahagia? Eits, tapi bukan karena barang atau hal duniawi. Tapi karena kebahagiaan orang lain.
Singkatnya: pernahkah teman-teman ikut bahagia saat orang lain bahagia? Hmm, kelihatannya gampang juga, ya! Padahal tidak, lho. 

Bahkan menurutku, bersimpati terhadap kesusahan orang lain lebih mudah dibandingkan ikut senang atas kebahagiaan orang lain. Mengapa? Ya, soalnya kan.. kalau kesedihan itu, kita bisa membayangkan diri kita di posisi itu, yang notabene, pasti sangat nggak enak! Jahatnya (yah), kita merasa fine-fine saja. Oke saja. 'kan bukan gua yang ngerasain.'

Hus, tidak baik, ya itu. Intinya, secara manusiawi, orang akan merasa bahagia ketika dia mendapatkan sesuatu, dan itu untuk dirinya sendiri. Semacam individualis gitu, lah ya. Berbanding terbalik saat orang lain yang sedang berbahagia.
Agak sulit bagi kita untuk menerimanya.

Jujur saja.

Singkatnya begini: 'kebahagiaan itu kan yang merasakan bukan aku, kok, aku harus ikut bahagia? Harus ikut senang? Buat apa? Mendingan urus masalah sendiri, deh.'
Misalnya, teman kita hari ini mengabari kita bahwa dia lagi bahagia. Soalnya, dia baru saja memenangkan sayembara di majalah, yang berhadiah liburan ke Eropa. Reaksi normal orang yang dikabari, sih, tentu saja akan memberi selamat. Akan tetapi, secara jujur, bisa saja perasaan iri muncul. Tapi ingat, iri ini tidak baik.

Lalu gimana, dong?

Coba saja bayangkan diri kita yang ada di posisi mereka. Pastilah juga orang akan bereaksi sama. Tentu senang bukan, saat kita menjadi orang yang beruntung tersebut. Oleh karena itu, hilangkan rasa iri tersebut, ya. Caranya dengan menjadi tulus. Jangan turuti ego semata. Memang bukan hal yang mudah! Tapi kalau kita berlatih untuk tidak menuruti ego, pasti bisa. Bersikap peduli juga penting, lho. Dengan kepedulian kita, pasti orang jadi senang. Lalu, mereka pun akan tersenyum dengan tulus!

Di situlah letak kebahagiaan muncul di dalam diri kita. Melihat orang tersenyum, kita pun rasanya lega. Coba, deh.

Meningkatkan kepedulian kita terhadap orang-orang yang berjasa, juga patut dicontoh. Misalnya, sapalah tukang sapu di jalan yang sudah bersedia membersihkan lingkungan. Coba, deh. Kalau nggak ada mereka, pasti jalanan akan kotor. Dengan begitu, mereka akan merasa dihargai. Atau, jadilah pendengar yang baik di saat temanmu sedang bad mood. Kamu bisa duduk di sampingnya, dan berkata: "Aku siap jadi ring basketball untukmu. Lemparkan kekesalanmu, kesedihanmu, semuanya, deh. Ya?"

He he he..

Bisa juga kita menunjukkan penghargaan kita kepada para petugas mini market. Ketika cuaca hujan, biasanya sepatu kita akan basah. Tolong jangan asal masuk pintu tanpa menggosokkan kaki pada keset "kardus" yang biasanya diletakkan di depan toko. Cara itu tentu saja akan mengurangi resiko lantai menjadi becek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun