Mohon tunggu...
Selly Miarani
Selly Miarani Mohon Tunggu... lainnya -

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengajar Anak Taman Kanak-kanak

18 Juni 2013   11:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:50 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Untuk kalian yang suka mengajar anak-anak terutama anak Taman Kanak-Kanak, WAJIB baca tulisan ini

So, luangkan waktu hanya beberapa menit saja untuk mulai membacanya.

Kita disini khusus membahas anak-anak Taman Kanak-kanak atau Sekolah Dasar dibawah umur delapan tahun.

Ada banyak kendala ketika mengajar anak-anak. Kita simak beberapa diantaranya :

1.Anak yang hiperaktif

Mereka cenderung selalu bergerak, alias gak bisa diam duduk di tempat. Ada yang lari kesana kemari, ada yang sibuk memainkan apa saja yang dapat dimainkannya, ada juga yang aktif berbicara dengan temannya dan masih banyak lagi.

Aku pernah menghadapi anak-anak seperti itu dan yang kulakukan adalah membiarkan anak itu bermain. Dengan CATATAN : aku dan dia membuat sebuah perjanjian. Bila dapat menyelesaikan 3 soal yang aku buat, maka dia boleh dapat bermain selama 5 menit.

Tiga soal bagi kalian terlalu sedikit bukan?? Tapi inilah trik yang aku buat. Setiap soal terdiri dari a, b, c, d, e. Hehehe  Ditotal-total ya jumlahnya 15 soal (mudah-mudahan murid yang kuajar gak membaca tulisanku ini) Lumayan kan…

Tapi ini kulakukan tergantung kemampuan anak tersebut. Tidak semua anak kuperlakukan sama. Seiring dengan waktu, pasti bisa membedakan sejauh mana hiperaktif sang anak.

2.Anak yang pendiam

Bagaimana perasaan kamu saat mengajar murid yang berbicara seperlunya saja. Itu pun dengan suara pelan sehingga kamu mesti mendekatkan telingamu di samping mulutnya. (ketika menghadapi murid yang seperti ini lebih baik kamu duduk disampingnya, bukan didepannya).

Lagi-lagi aku pernah menghadapinya.

Kalian ta’u apa yang aku lakukan? Aku mulai ngoceh sendiri. Mulai dari bertanya-tanya tentang mainan kesukaannya, makanan kesukaannya, kabar orang tua-nya, dan semuanya tentangnya atau pun tentang apa pun. Mau ta’u reaksinya??? Anak itu tetap diam saja dan berbicara seperlunya. GUBRAKKK!!!! *tepok jidat

Memang hanya waktu yang menjawab semuanya. Aku mulai terbiasa dengan diam anak itu. Namun satu hal yang membuat aku merasa senang, aku dapat membuatnya tersenyum setelah berbulan-bulan anak itu diajar olehku. Mungkin dia baru mulai merasa nyaman kali yah.

3.Anak yang Kurang Semangat atau Kurang Rajin

Apa yang kamu lakukan ketika murid kamu bermalas-malasan??? Jangankan mengerjakan tugas yang kamu berikan, mengerjakan PR pun anak itu enggan.

*mulai mutar otak

Biasanya sih aku cari ta’u terlebih dahulu apa yang dia suka. Lalu memberikan dia hadiah bila mengerjakan semua PR dan tugas-tugasnya. Tapi ini kurang efektif bila terus dilakukan.

Pertama, berapa sih gaji seorang pengajar di sebuah BIMBEL??

Kedua, Iya kalau satu anak, kalau sampai sepuluh anak??

Ketiga, Mending yang dimintanya sebuah permen atau kue, kalau dia minta yang lain???

JADI BAHAN PERTIMBANGAN KAN ??? Dan kesannya seperti menyogok anak untuk melakukan ini itu.

Lalu mesti bagaimana donk ???

Satu kuncinya adalah, kamu mesti dekat dengannya. Bukan hanya kamu yang dekat, tapi dia juga dekat dengan kamu. Buat dia bercerita tentang apa pun yang dia suka dan pastikan dia memegang pensilnya saat bercerita. Kamu bisa memulainya dengan menggerakan dia untuk mengerjakan satu soal saat titik di ceritanya.

Kamu juga bisa mengajaknya bermain terlebih dahulu sebelum mulai belajar. ^_^

4.Anak yang Kemampuannya dibawah rata-rata

Ini yang paling seru diantara semuanya. Bagaimana membuat murid menguasai pelajaran bila kemampuannya dibawah rata-rata.

Pengalaman yang menguras otakku, saat salah satu muridku tidak dapat menghafal angka 2 sampai 9 selama berbulan-bulan. Setiap Senin sampai Jumat kecuali tanggal merah, anak itu datang les. Gak pernah absen sekali pun. Anak itu pun semangat belajar. Tapi anehnya, dia sulit menghafal angka 2 sampai 9. Murid-murid yang lain tidak seperti dia. *pasang muka sedih

Kalian ta’u……..

Gak ta’u yah???

Makanya aku kasih ta’u nih.

Bila aku menulis angka 2, dia menjawab itu angka 3. Aku minta dia menulis angka 2 yang dia tulis angka 4. Nah…. Angka 3, 5 dan seterusnya punya cerita sendiri. Berbagai cara sudah kulakukan, mulai dari permainan, buat prakarya dan sebagainya tapi tetap dia tidak ingat.

Dan yang aku lakukan adalah meminta dia menulis angka 2 di kertas sambil menyebut “dua.. dua… dua” Tiga hari berturut-turut anak itu menulis di kertas. Begitu pun dengan angka 3 dan seterusnya. KEJAM YAH ???  Hiks hiks….

Nahhh… empat hal diatas yang dapat aku bagikan diantara kendala-kendala lainnya selama empat tahun aku  mengajar anak-anak di dua Bimbel (Bimbingan Belajar) yang berbeda.

OYA, satu  hal yang perlu diingat ketika mengajar anak-anak, yaitu mereka tidak dapat belajar dengan serius atau berkonsentrasi lebih dari 15 menit.

Segitu pendekkah?? Ya, bagi orang dewasa. Dan untuk pengajar, apa yang dapat dilakukan selama 15 menit tersebut? Waktu yang singkat untuk mengajar bukan??

Namun bagi anak-anak belum tentu. Ada juga yang merasa waktu 15 menit  terlalu lama untuk mereka duduk dan memegang pensil. Lalu bagaimana dengan orang tua mereka, bila dalam sebuah les yang diikuti anaknya ternyata anaknya harus belajar hanya 15 menit dari waktu yang disepakati bersama? (Biasanya waktu les berkisar antara 1 ½ jam sampai 2 jam).

Terima kasih telah membaca, dan komentarnya ditunggu yah… GBU

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun