Mohon tunggu...
Selly Hafizah
Selly Hafizah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Ilmu Hubungan Internasional

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Korea Utara vs Amerika Serikat: Nuklir sebagai Strategi Dettendence

29 November 2021   17:39 Diperbarui: 30 November 2021   21:11 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Krisis nuklir korea utara bermula Ketika munculnya kecurigaan Amerika Serikat saat Korea Utara Kembali mengembangkan senjata nuklirnya. Padahal berdasarkan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya Korea Utara harus membekukan nuklirnya. Dan karena hal itu Amerika Serikat memberikan kompensasi kepada Korea Utara sebesar 500.000-ton BBM sebagai pengganti energi nuklirnya. Namun, perseteruan pun tak terhidarkan tatkala Korea Utara Kembali mengaktifkan Program Nuklirnya. (MSI., 2018)

Korea utara Kembali melakukan uji coba nuklirnya pada tahun 2017 lalu. Dan mendapatkan sanksi berat yakni Resolusi 2371 dari Dewan Keamanan Persatuan Bangsa Bangsa (DK PBB). Sanksi yang diberikan yaitu berupa sanksi ekonomi dan juga perdangan dengan melarang penjualan bahan bakar pesawat terbang dan teknologi roket ke negara tersebut, serta membatasi ekspor batu bara, biji besi atau mineral lainnya dari Korea Utara yang merupakan produk ekspor terbesarnya. 

Namun, bukannya menghentikan program nuklirnya, malah setelah di jatuhkannya sanksi oleh PBB Kim Jong Un memberikan respon terhadap sanksi tersebut dengan menembakkan enam peluru rudal balistik ke arah semenanjung Korea. (MUNADI, 2018) Sebagai Pemimpin negara yang berdaulat, tentu saja Kim Jong Un memiliki alasan dan pertimbangan yang matang demi mempertahankan negaranya dari segala bentuk hegemoni dan serangan dari luar negaranya. 

Oleh karena itu, Kim Jong Un tetap tegas mengatakan bahwa Korea Utara akan terus mengembangkan alat pertahanan negara untuk mempertahankan negaranya walaupun telah mendapatkan banyak kecaman bahkan sanksi internasonal.

Korean Central News Agency (KCNA) memberikan statemen bahwa sanksi--sanksi yang di berikan oleh PBB terhadap negaranya merupakan sebuah pelanggaran keras terhadap negara yang berdaulat. KCNA mengatakan tak akan membawa senjata nuklir pertahanan diri mereka ke meja perundingan selagi menghadapi ancaman-ancaman 8 dari Washington dan tak akan pernah mengambil satu pun langkah mundur dari peningkatan kekuatan nuklir mereka (Christiastuti, 2017).

Pada Juni 2018, Kim Jong Un, yang merupakan Pemimpin Korea Utara dan Pemimpin Amerika Serikat, Donald Trump, telah menyelenggarakan pertemuan di Pulau Santosa, Singapura. 

Pertemuan pertama antara pemimpin Korea Utara dan Amerika Serikat berjalan dengan baik, dimana sebelumnya pernah mengalami ketegangan yang diakibatkan karena uji coba nuklir oleh Negara Korea Utara. 

Berbicara tentang nuklir Korea Utara, Amerika Serikat adalah pihak yang paling gigih dalam menciptakan denuklirisasi Korea Utara. Padahal, Amerika Serikat sendiri bukanlah negara bagian di Kawasan Asia Timur yang mana akan merasa terancam oleh perkembangan nuklir Korea Utara. 

Jika kita menganalisis retorika ini melalui garis besar tentang 'mengapa negara-negara ingin membangun senjata nuklir?', maka dalam hal ini dapat dengan jelas menunjukkan bahwa Korea Utara berkorelasi dengan teori rasional model keamanan dan teori pencegahan secara umum. 

Yang mana masalah keamanan nasional dan politik di Korea Utara sering diabaikan oleh Amerika Serikat dalam perundingan dan negosiasi mereka. Juga penting untuk mempertimbangkan hal ini ketika menilai rasionalitas tindakan diplomatik Korea Utara, karena dalam hal ini pengembangan senjata nuklir akan menjadi pilihan yang sangat 'rasional'. 

Dan juga jika dilihat dari jumlah nuklir Negara Amerika Serikat memiliki 6.185 total inventaris yang mana dalam hal ini jauh lebih banyak dari pada nuklir Negara Korea Utara yang hanya 20-30 total Inventaris, dan hal ini juga semestinya bukanlah ancaman yang serius bagi Negara Amerika Serikat (SIPRI 2019, 11). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun