Mohon tunggu...
Selly Beauty Wahayu
Selly Beauty Wahayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Journalism Enthusiast

If you are living your life without giving an 'f', you are only living a li[ ]e.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Peran Fanatisme dalam Disintegrasi Nasional

4 Mei 2022   16:56 Diperbarui: 15 September 2022   14:53 796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Fenomena kecintaan berlebih terhadap sesuatu merupakan hal yang sering kita jumpai di zaman sekarang. Fenomena tersebut terjadi dalam ruang lingkup identitas, ideologi, keagamaan, sampai terhadap sosok idola atau tokoh tertentu, baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Fanatisme merupakan pandangan yang dipegang secara mendalam tanpa memiliki dasar kenyataan dan susah untuk diluruskan kembali. 

Pandangan tersebut secara umum dapat dikatakan tidak rasional karena keyakinan kuat dari seseorang yang memiliki tujuan untuk mengejar sesuatu. Menurut Winston Churchill, seorang Fanatis tidak akan mengubah pola pikir dan haluannya, serta standar pola pikirnya ketat sehingga cenderung menolak opini atau ide yang bertentangan dengan keyakinannya. 

Fanatisme terhadap tokoh terjadi dalam ruang lingkup perpolitikan Indonesia yang menyebabkan disintegrasi nasional. Keterikatan emosi tersebut muncul karena asupan informasi tentang tokoh. Kelompok Fanatis muncul karena kesamaan visi dan misi, atau bahkan ideologi yang bersangkutan. 

Contohnya, fanatisme pendukung calon presiden di Pilpres 2019 membelah masyarakat menjadi dua kubu, kubu 01 (Jokowi) dan kubu 02 (Prabowo). Padahal rancangan kebijakan kedua pasangan calon relatif sama. Kelompok Fanatis ini cenderung menutup diri dari informasi rasional lawannya, dan lebih mudah menerima informasi negatifnya. 

Kandidat masih berstatus "calon", yang pada akhirnya akan ada yang menang dan kalah. Pendukung fanatik yang menjadi pemenang akan merasa bangga dan berhasil, sedangkan yang kalah akan merasa kecewa dan tak jarang ketegangan masih terbawa saat (yang tidak mereka dukung) menjabat. 

Mereka akan menyalahkan dan membandingkan presiden tersebut dengan kandidat yang mereka dukung sebelumnya jika presiden tak mampu merealisasikan janji-janjinya. Hal itu menjadikan sistem pemerintahan nasional kurang efektif. Dikutip dari BBC Indonesia, berbagai keretakan muncul, dari pertemanan, keluarga, bahkan ada pasangan suami-istri yang bercerai akibat berbeda pilihan presiden. 

Dalam kedudukan sebagai pemerintah, pendidikan dan adab berpolitik itu sangat penting. Tidak hanya mempromosikan diri melalui kampanye saja (integrasi vertikal), tetapi integrasi horizontal tetap harus dijaga karena pada akhirnya masyarakat akan menjadi satu kesatuan bangsa. 

Memang pemangku kepentingan akan mendapatkan dukungan secara sukarela karena fanatisme dan loyalitas pendukung, tetapi perlu diingat bahwa fungsi pemilu adalah untuk menciptakan kehidupan yang adil dan sejahtera melalui demokrasi. 

Sebagai masyarakat, mengunggulkan tokoh yang kita dukung itu boleh saja, asal tidak bersifat fanatik buta. Setiap calon adalah manusia yang memiliki potensi benar dan salah, serta kelebihan dan kekurangan. Tetaplah berpikiran terbuka dan menyediakan ruang kritik serta keraguan terhadap calon yang Anda dukung. 

Bersikaplah secara proposional dalam mendukung karena mereka yang sudah masuk dalam nominasi calon presiden memiliki potensi untuk memimpin negara dan nantinya masyarakat juga yang harus mengikuti aturan-aturannya. 

Fanatisme pendukung jangan sampai memecah belah, menciptakan permusuhan antar bangsa sendiri hingga tindakan destruktif. Jika persatuan bangsa musnah, maka kekuatan dan gotong royong juga akan musnah. Hal tersebut alih-alih malah akan menghambat pembangunan dan kesejahteraan negeri ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun