Mohon tunggu...
selichaplin
selichaplin Mohon Tunggu... Freelancer - panjang umur perjuangan

belajar

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Empat Tahun Ganjar-Yasin, Ngapain Aja?

6 September 2022   09:35 Diperbarui: 6 September 2022   09:44 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak dilantik pada 5 September 2018, artinya sudah empat tahun Ganjar Pranowo dan Taj Yasin Maimoen memimpin Jawa Tengah. Bagi Ganjar, ini tahun ke sembilan melayani rakyat di provinsi dengan luas wilayah sebesar 32.800,69 km. Lalu apa saja yang sudah dikerjakan?

Sejak dipasangkan, pasangan Ganjar-Yasin nyaris tanpa cela. Keduanya kompak berdampingan, saling mengisi, dan saling dukung untuk mewujudkan visi misi serta menunaikan program kerja atau janji kampanyenya.

Diantaranya sekolah khusus siswa miskin, sekolah tanpa sekat, insentif guru agama, reformasi birokrasi di kabupaten kota, penanganan kemiskinan, bantuan desa, hingga rumah sederhana layak huni.

Selain itu transportasi massal, kawasan industri baru, rumah sakit tanpa dinding, dan meningkatkan investasi Jawa Tengah.

Penulis coba jabarkan satu per satu, dimulai dari bidang pendidikan. Komitmen Ganjar pada pendidikan tidak main-main, sejak periode pertamanya, Ganjar mendirikan SMK N Jateng. Sekolah yang didedikasikan khusus untuk siswa dari keluarga tidak mampu.

Lalu di periode kedua, sebagai implementasi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, Ganjar-Yasin menggulirkan pendidikan gratis untuk seluruh siswa SMA, SMK, dan SLB yang menjadi kewenangan Pemprov.

Untuk menjangkau lebih luas dan mewujudkan sekolah tanpa sekar, Ganjar-Yasin juga punya program Sekolah Virtual. Sekolah ini bisa diikuti oleh siswa yang terpaksa putus sekolah karena masalah ekonomi. Malah ada buruh yang bisa kembali mengenyam pendidikan melalui program ini.

Janji kampanye untuk insentif guru agama juga ditunaikan. Tak kurang Rp700 miliar lebih digelontorkan untuk insentif para guru ngaji, ustad, ustadzah, pengurus ponpes, termasuk pengajar agama kristen, hindu dan buddha.

Kemudian program Satu OPD Satu Desa Miskin. Tujuannya tentu untuk mengentaskan kemiskinan secara komprehensif. Program ini berhasil dan mulai direplikasi oleh kabupaten kota. Hasilnya, pemberdayaan masyarakat jadi tepat sasaran dan ekonomi mereka mulai terungkit.

Akses kredit murah juga diberikan oleh Ganjar-Yasin melalui Bank Jateng dengan Kredit Mitra 25, Kredit Millenial dan lainnya. Selain itu, bantuan keuangan untuk desa wisata juga diberikan. Tahun 2022, sebanyak Rp 18,5 miliar dikucurkan ke 131 desa wisata.

Urusan kemiskinan, Ganjar-Yasin menyadari tak cukup hanya dengan memberikan bantuan langsung tunai. Melalui RTLH, jambanisasi sampai listrik gratis, penanganan lebih komprehensif. Untuk persoalan ini, seluruh kekuatan di Jawa Tengah digerakkan. Gotong royong.

Melalui cara ini, secara nggak langsung membuat perekonomian keluarga penerima manfaat juga meningkat. Uang mereka bisa lebih produktif. Mereka tinggal mikir urusan lain karena kebutuhan aladin, atap lantai dinding, sudah dipenuhi.

Pengembangan transportasi massal juga terus digenjot. Trans Jateng kini punya 6 koridor operasional di 4 wilayah aglomerasi. Trans Jateng adalah Bus murah dengan fasilitas wah.

Lalu bandara, Jawa Tengah di bawah kepemimpinan Ganjar berhasil mempercepat pembangunan Bandara Jenderal Sudirman di Purbalingga dan Bandara Ngloram di Blora. Keberadaan bandara ini, pasti akan menggeliatkan ekonomi baik di Banyumas Raya maupun di Blora dan sekitarnya.

Dari sisi birokrasi, Ganjar sukses mengubah pola pikir aparatur pemerintahan sebagai pelayan rakyat. Ganjar bahkan menghapus sistem setoran kepada pimpinan yang sebelumnya lazim.

Di bawah kepemimpinan Ganjar-Yasin, UMKM Jawa Tengah berkembang pesat. Otomatis serapan tenaga kerjanya pun besar. Data Dinas Koperasi dan UKM Jawa Tengah mencatat, saat ini serapan tenaga kerja dari UMKM sebanyak 1.320.953 orang. Sedangkan pada tahun 2013 hanya 480.508 orang. Mantap betul.

Kalau carinya prestasi-legacy dalam bentuk barang, Ganjar-Yasin memang tak meninggalkan Bambu Getah Getih yang menghabiskan ratusan juta untuk akhirnya dibongkar. Atau Tugu Sepatu yang juga bernasib sama. Beruntung pula karena Jawa Tengah tak punya pimpinan yang asal bikin monumen, tapi akhirnya mangkrak.

Pembangunan di Jateng sifatnya kerja kualitatif. Nggak makbedunduk ada hasilnya, tapi nyata terasa oleh rakyatnya. Dalam empat tahun, hampir semua janji kampanye pada tahun 2018 lalu ditunaikan. 

Pelan tapi pasti, menuju Jawa Tengah sejahtera dan berdikari. Tetep mboten korupsi, mboten ngapusi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun