Urusan kemiskinan, Ganjar-Yasin menyadari tak cukup hanya dengan memberikan bantuan langsung tunai. Melalui RTLH, jambanisasi sampai listrik gratis, penanganan lebih komprehensif. Untuk persoalan ini, seluruh kekuatan di Jawa Tengah digerakkan. Gotong royong.
Melalui cara ini, secara nggak langsung membuat perekonomian keluarga penerima manfaat juga meningkat. Uang mereka bisa lebih produktif. Mereka tinggal mikir urusan lain karena kebutuhan aladin, atap lantai dinding, sudah dipenuhi.
Pengembangan transportasi massal juga terus digenjot. Trans Jateng kini punya 6 koridor operasional di 4 wilayah aglomerasi. Trans Jateng adalah Bus murah dengan fasilitas wah.
Lalu bandara, Jawa Tengah di bawah kepemimpinan Ganjar berhasil mempercepat pembangunan Bandara Jenderal Sudirman di Purbalingga dan Bandara Ngloram di Blora. Keberadaan bandara ini, pasti akan menggeliatkan ekonomi baik di Banyumas Raya maupun di Blora dan sekitarnya.
Dari sisi birokrasi, Ganjar sukses mengubah pola pikir aparatur pemerintahan sebagai pelayan rakyat. Ganjar bahkan menghapus sistem setoran kepada pimpinan yang sebelumnya lazim.
Di bawah kepemimpinan Ganjar-Yasin, UMKM Jawa Tengah berkembang pesat. Otomatis serapan tenaga kerjanya pun besar. Data Dinas Koperasi dan UKM Jawa Tengah mencatat, saat ini serapan tenaga kerja dari UMKM sebanyak 1.320.953 orang. Sedangkan pada tahun 2013 hanya 480.508 orang. Mantap betul.
Kalau carinya prestasi-legacy dalam bentuk barang, Ganjar-Yasin memang tak meninggalkan Bambu Getah Getih yang menghabiskan ratusan juta untuk akhirnya dibongkar. Atau Tugu Sepatu yang juga bernasib sama. Beruntung pula karena Jawa Tengah tak punya pimpinan yang asal bikin monumen, tapi akhirnya mangkrak.
Pembangunan di Jateng sifatnya kerja kualitatif. Nggak makbedunduk ada hasilnya, tapi nyata terasa oleh rakyatnya. Dalam empat tahun, hampir semua janji kampanye pada tahun 2018 lalu ditunaikan.Â
Pelan tapi pasti, menuju Jawa Tengah sejahtera dan berdikari. Tetep mboten korupsi, mboten ngapusi.