Tulisan ini saya mulai setelah membaca cuitan sebuah akun di Twitter yang mengunggah tangkapan layar dari unggahan akun Instagram Adiany Napitupulu. Intinya, adalah ketika Basuki Tjahaja Purnama alias BTP alias Ahok menceritakan dirinya menjawab "Pemahaman Nenek Lu!!" terhadap permintaan anggota dewan untuk mencuri uang rakyat.
Ahok, meski tersandung (atau mungkin lebih tepatnya disandung) masalah penistaan agama, sampai saat ini rasa-rasanya masih menjadi idaman sebagian besar masyarakat Indonesia untuk menjadi pemimpin negeri ini.
Rekam jejak pemerintahan dan kepemimpinan Ahok mudah dicari. Sedikit yang buruk, banyak baiknya. Pemerintahan Ahok di DKI Jakarta lugas, penuh integritas dan beringas. Kira-kira begitu penggambaran saya terhadap pria keturunan tionghoa itu. Sudah keturunan tionghoa, kebetulan juga dia nasrani.
Maaf, tidak ada maksud saya mendiskreditkan agama dan suku, tapi begitulah kenyataannya. Coba saja dia Islam keturunan Jawa, mungkin Anies saat ini hanya sedang baca buku atau entahlah ngapain.
Tapi soal kesukuan dan agama juga tidak bisa jadi pegangan. he he he. Lha buktinya Presiden ke 4 kita, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Islamnya beliau sudah tidak bisa dipertanyakan lagi. Tapi dengan gaya kepemimpinannya yang memanusiakan manusia, dia pun terjegal.
Yang lebih penting dari politik adalah Kemanusiaan. Saya tidak tahu kapan persisnya Gus Dur berucap demikian. Tetapi ungkapannya itu terbukti pada kepemimpinannya. Seluruhnya tercatat oleh sejarah. Terpatri rapi di hati bangsa ini.
Kebijakan-kebijakannya selalu berlandaskan UUD 1945 (setidaknya begitu kata beliau dalam interview bersama Andy Noya), siapa sangka keputusannya adalah buah dari pemikiran visioner.
Kebijakan kontroversial dan paling hangat dengan peristiwa di masa kini adalah saat dirinya membubarkan Departemen Sosial. Gus Dur mengatakan alasannya pembubaran adalah karena departemen yang mestinya mengayomi rakyat itu justru terjadi korupsi besar-besaran, sampai hari ini. Subhanallah.
Baik Gus Dur maupun Ahok, keduanya menjalankan pemerintahan dengan mengutamakan dan mendahulukan kepentingan rakyat. Tapi atas nama rakyat (yang berkepentingan) pula, keduanya dijegal dengan segala cara.