Mohon tunggu...
Seliara
Seliara Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Dentist

Bahagia berkarya dan berbagi sebagai wujud rasa syukur

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Sebuah Senja dalam Rinai Gerimis

10 Mei 2021   01:10 Diperbarui: 10 Mei 2021   01:08 808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Monika Schröder dari Pixabay

Rara memandang beberapa amplop putih yang tertata rapi di atas mejanya. Amplop itu bertuliskan masing-masing keperluannya. Zakat, infaq, sedekah, sembako untuk berbagi, THR keamanan komplek dan lain-lain. Beberapa amplop sudah ada tujuan untuk menyalurkannya, tapi ada satu yang belum. Tahun ini Rara bertekad akan mencari penerima satu amplop putih “yang belum bertuan” itu.

Hari pertama Ramadan. Seperti biasa di sepanjang jalan utama masuk perumahan Rara penuh dengan pedagang takjil dan aneka lauk untuk berbuka puasa. 

Sore itu, pulang dari kantor, Rara bermaksud mampir membeli beberapa makanan yang diperlukan. Hari itu kebetulan ada banyak pekerjaan yang membuatnya tidak sempat memasak.

Seorang ibu tua penjual kue lupis menarik perhatiannya. Lupis itu terlihat enak sekali. Seorang anak perempuan berusia sekitar 10 tahun tampak menemaninya berjualan, kadang membantu membungkus atau memberikan kembalian kepada para pembeli. 

Rara ingin membeli lupis itu. Tapi ah kan sudah beli banyak makanan, takut mubazir, bisik hatinya mencegahnya membeli lupis itu. Ya tapi kan sekalian membantu ibu tua itu, sisi hatinya yang lain berkata. Tapi kan sudah ada pembeli lain yang membeli lupis ibu itu, bisik hatinya lagi.

Akhirnya Rara pulang tanpa membeli kue lupis itu. Namun entah mengapa bayangan penjual lupis itu seolah mengusiknya, mengingatkan akan sesuatu. Ah besok aku akan membeli lupisnya, kata Rara menenangkan diri.

Keesokan harinya, Rara pulang agak larut malam karena ada lembur di kantornya. Batal deh membeli lupis si ibu itu.

Keesokan harinya dia WFH, jadi ada banyak waktu untuk menyiapkan hidangan berbuka puasa. Hari itu ia ingin memasak dan tidak membeli takjil di depan komplek perumahannya.

Beberapa hari setelahnya Rara sibuk dengan pekerjaan kantornya sehingga niat membeli lupis si ibu tua itu terlupakan.

Hingga suatu hari, saat Rara naik motor dengan suaminya, ia ingat niatnya membeli lupis. Mereka berdua mencari ibu tua si penjual lupis itu diantara puluhan pedagang yang lain. Tapi Rara tidak menemukannya. Rara mencoba bertanya kepada penjual di sebelahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun