Mohon tunggu...
Seldatia SyifaniAlhafidzoh
Seldatia SyifaniAlhafidzoh Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Perikanan UNPAD 2017

Bismillah

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Demi Musnahnya Covid-19, Keberadaan Ikan Hiu Terancam Punah

25 Oktober 2020   08:45 Diperbarui: 25 Oktober 2020   08:53 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Rantai pasokan belum pernah diuji pada skala yang dibutuhkan untuk vaksin virus corona. Hampir tidak ada kontrol kualitas dan transparansi dalam industri squalene hiu.

Metode ini tidak efektif apabila terus dilanjutkan sehingga perlu mencari terobosan lain dari squalene. Squalene tidak hanya berasal dari hewan, tetapi juga dapat ditemukan secara alami pada banyak tumbuhan, seperti zaitun, tebu, dedak padi, ragi dan bibit gandum. 

Masalah utamanya adalah biaya produksi squalene yang berasal dari tumbuhan lebih mahal 30% dari squalene hewan. Bloom Association melakukan survei dan menemukan bahwa industri kosmetik merupakan pengguna terbesar (90%) hiu squalene. 

Di antara 8 krim wajah yang diteliti, 7 mengandung squalene hewan. Ini setara dengan sekitar 2,7 juta hiu yang dikonsumsi oleh kosmetik kita setiap tahun.

Amyris, Inc. adalah perusahaan bioteknologi yang berkantor pusat di Emeryville, California. Perusahaan ini salah satu produsen yang menggunakan metode ekstraksi squalene dari tebu. 

Dalam pernyataan terbaru mereka, mereka menjelaskan bahwa mereka dapat menghasilkan cukup squalene untuk 1 miliar vaksin dalam satu bulan atau kurang. Hal ini merupakan titik terang dari meminimalisirnya pemburuan ikan hiu di lautan.

Menurut Dr. Nitish Basant Adnani., M.sc, sari tebu memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, termasuk meningkatkan kerja sistem tubuh, membantu mencegah dehidrasi, bertindak sebagai sumber antioksidan, mendukung kesehatan kulit, membantu menghilangkan stres, menjaga kesehatan jantung dan meningkatkan energi. Hal ini disebabkan karena tingginya kandungan mineral yang beragam, antara lain kalium, zat besi, magnesium dan kalsium yang penting bagi tubuh.

Dari sudut pandang perlindungan, tidak diragukan lagi bahwa eksploitasi berlebihan pada komponen-komponen kunci lingkungan laut akan membawa konsekuensi yang mengerikan. 

Dari sudut pandang praktis, menggunakan sumber daya yang terbatas untuk produk yang harus terus diproduksi untuk milyaran orang adalah tidak praktis dan berpikiran sempit dalam beberapa tahun ke depan.

Berdasarkan data dari organisasi nirlaba Wildlife Trade Surveillance Network (TRAFFIC). Terdapat 20 negara tercatat memiliki hiu dan ikan terbanyak yang ditangkap salah satunya adalah Indonesia. 

Indonesia menempati urutan kedua, dan Spanyol menangkap rata-rata 78.443 ton per tahun, peringkat tertinggi di antara negara-negara dengan tangkapan hiu tertinggi di dunia. Selama periode 2007-2017, rata-rata tangkapan hiu di Indonesia mencapai 110.737 ton per tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun