Mohon tunggu...
Adi
Adi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Indonesia

Manusia yang ingin SELALU menulis segala sesuatu yang BERMANFAAT.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Beribadah Menjaga Lingkungan dengan Tote Bag dan Tumbler

10 Mei 2019   06:24 Diperbarui: 10 Mei 2019   06:30 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beribadah Menjaga Lingkungan dengan Tote Bag dan Tumbler (dok. pribadi)

Ramadan kian berjalan menuju pekan kedua. Semangat Ramadan ada di berbagai tempat. Suara-suara orang mengaji Qur'an menjadi hal biasa di kampung saya. Tentunya di daerah lain juga begitu. Terasa sejuk dan menyamankan hati.

Sesuatu yang dianggap aneh di bulan lainnya. Hal ini karena jarang dilakukan dan jarang menjadi gerakan yang lumrah di masyarakat. Namun, Ramadan datang dengan penuh keberkahan. Tergantung bagaimana kita beribadah menyikapinya dengan baik, benar dan bijaksana.


Mengkaji Dampak Sampah Plastik

Ada problem yang terlihat simpel namun ternyata memiliki dampak yang perlu dicermati dengan seksama pada Ramadan. Sebenarnya tak hanya Ramadan, namun volumenya saat Ramadan akan cenderung tinggi. Apakah itu? Yakni sampah plastik.

Plastik menjahi kebutuhan masyarakat. Media ini digunakan untuk membungkus dan membawa beragam hal berupa benda. Di Bulan Ramadan ini meski banyak tempat makan yang tutup, namun saat sore mereka mulai buka.

Waktu menuju berbuka dimanfaatkan untuk menjajakan kuliner takjil atau menu berbuka puasa. Nah, disinilah ada hal yang perlu dikaji. Jajanan takjil yang dibawa tentunya membutuhkan wadah. Beragam jajanan takjil ini biasanya diwadahi plastik agar lebih mudah dibawa.

Disinilah volume penggunaan plastik meningkat. Masyarakat ingin simpel membawa kuliner yang dipilihnya untuk berbuka puasa. Di sisi lain plastik yang tersebar massif akan membuat tempat sampah penuh dengannya.

Plastik memiliki dampak yang cukup serius, karena plastik tak dapat terurai. Luhut Binsar Panjaitan sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman pernah menjelaskan 80 % sampah plastik di lautan berasal dari daratan. 

Kultur kebutuhan pemakaian plastik dalam kehidupan sehari-hari memang menunjang fakta yang diungkap sang menteri. Terlebih budaya nagatif buang sampah sembarang perlu ditinggalkan khalayak ramai.

Indonesia mencatatkan sebagai Negara peringkat kedua penyumbang atau pemasok sampah plastik di laut yakni sebesar 187,2 juta ton. Lalu yang pertama siapa? Dengan volume sampah mencapai 262,9 juta ton, China merupakan Negara penyumbang terbesar sampah plastik di laut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun