Mohon tunggu...
Sela Lestari
Sela Lestari Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa Akademi Televisi Indonesia (ATVI) jurusan Komunikasi Massa

Jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Buku Anak Menentukan Masa Depan Anak

26 Maret 2023   14:08 Diperbarui: 26 Maret 2023   14:14 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang ibu yang sedang bermain dengan anaknya. (Sela Lestari/Jurnalis)

Buku merupakan jendela dunia yang bisa dipahami oleh semua orang, karena bisa mendapatkan ilmu tanpa batas. Sekilas kita bisa mengartikan buku adalah jendela sebagai ungkapan akan pentingnya buku untuk manusia. Tak dipungkiri memang karena buku menjadi penanda kemajuan peradaban manusia.

Presiden Republik Indonesia ketiga sekaligus orang pertama yang menciptakan industri pesawat di Indonesia ini sempat menyebut buku adalah cinta pertamanya. Ia dikenal sebagai orang yang membaca buku apa saja seperti ensiklopedia, novel, kamus, dan sebagainya. Lahir di keluarga cukup berada, Habibie memiliki akses untuk mendapatkan buku yang diinginkan. Melalui buku, ia belajar Bahasa Belanda.

Pembaca buku tidak hanya kalangan dewasa hingga orang tua saja, tetapi buku juga bisa dinikmati dan dibaca oleh kalangan anak-anak, bahkan buku sangat penting untuk tumbuh kembangnya seorang anak. Bagaimana tidak, bahwasanya membacakan buku untuk anak juga dapat mengembangkan kemampuan kognitif anak. Kemampuan ini meliputi atensi atau perhatian, ingatan, penggunaan kata-kata, pemecahan masalah, dan kemampuan berpikir logis. Ini tentunya sangat penting dalam membantu anak bersosialisasi saat mereka beranjak besar.

Selain lingkungan yang menentukan sikap dan sifat seorang anak, membaca buku juga salah satu hal yang menentukan sikap dan sifat seorang anak, karena dengan seringnya anak membaca buku maka seorang anak dapat mengerti baik buruknya dari sesuatu hal.

Anak merupakan masa depan suatu bangsa, karena seorang anak lah yang dapat meneruskan generasi-generasi yang telah usang untuk membangun bangsa. Dan untuk menjadi bangsa yang kuat maka diperlukan generasi-generasi yang berintelektual. Maka dari itu masa depan anak sangat amat ditentukan salah satunya oleh buku, karena dari seringnya anak membaca buku maka perkembangan otak seorang anak dapat berkembang lebih luas.

"Buku Anak Menentukan Masa Depan Anak" judul yang saya gunakan untuk sebuah artikel ini mengandung makna, bahwasanya dengan seorang anak membaca buku maka masa depan anak bisa lebih bermutu, karena dari buku lah seorang anak bisa mendapatkan wawasan lain dari yang telah dipelajari di sekolah.

Meski demikian, dari sekian banyak buku yang telah terbit di dunia ini, peran orang tua juga sangat penting karena hanya orang tua lah yang dapat memberikan buku yang terbaik dari sekian banyak buku untuk masa kembang anaknya, tidak semua buku bisa dinikmati dan dibaca oleh anak-anak, karena setiap buku yang terbit mempunyai pasarnya masing-masing disetiap kalangan, maka dari itu dalam hal ini peran orang tua sangat penting dalam pemilihan buku untuk seorang anak.

Dengan membaca buku tidak menjamin seorang anak bisa berkembang baik kedepannya, semua itu kembali lagi bagaimana peranan orang tua dalam mendidik anak tersebut, karena buku hanya sebagian kecil untuk mengembangkan seorang anak, tetapi juga buku sebagian besar untuk merubah pola pikir dari seorang anak.

Buku anak sangat amat penting untuk perkembangan seorang anak, karena bisa mengembangkan pola pikir seorang anak. Jika seorang anak  tidak mempunyai pola pikir yang baik, maka kehidupan kedepannya seorang anak tersebut tidak akan berjalan dengan baik, karena pola pikir merupakan salah satu sumber untuk menjadikan hidup yang lebih baik.

Kebermanfaatan buku untuk seorang anak selain dapat mengembangkan pola pikir dan perilaku seorang anak, buku juga dapat melatih anak untuk bisa bersosialisasi di masa depannya, karena setiap buku dikalangan anak juga mempunyai manfaatnya masing-masing, dimulai dari anak berusia 0-6 bulan, buku yang dapat dikonsumsi oleh seorang anak diusia tersebut yaitu buku "Catalogue book", Catalogue book adalah buku tanpa cerita. 

Biasanya di tiap halaman berisi gambar benda atau aktivitas dengan keterangan nama di bagian bawah. Biasanya buku ini berbentuk board book. Kemudian anak berusia 7 bulan -- 4 tahun, buku yang dapat dikonsumsi oleh seorang anak diusia tersebut yaitu yaitu buku "Picture book", Picture book adalah buku cerita yang teksnya masih sedikit. 

Tiap halaman biasanya berisikan 1-2 kalimat. Dalam buku ini biasanya ada hubungan langsung antara teks dengan gambar. Bunda pun bisa terus menggunakan buku jenis ini hingga Si Buah Hati bisa membaca sendiri. Lalu anak berusia 4 -- 6 tahun, buku yang dapat dikonsumsi oleh seorang anak diusia tersebut yaitu buku "Longer Picture Book", longer picture book adalah buku cerita yang teksnya sudah lebih banyak per halaman. 

Ceritanya pun lebih panjang, terdiri dari 2-5 kalimat. Dan yang terakhir anak berusia 6 tahun keatas, buku yang dapat dikonsumsi oleh seorang anak diusia tersebut yaitu "Illustrated Chapter Book". 

Illustrated chapter book adalah buku cerita yang teksnya sudah banyak, ceritanya mulai panjang dan sudah dibagi dalam bab, tetapi masih tercantum ilustrasi. Buku jenis ini cocok untuk Si Buah Hati yang berusia di atas 6 tahun, terutama saat mulai belajar membaca namun masih mudah bosan membaca dalam durasi yang panjang.

Yang paling penting dari seluruh tahapan ini adalah orang tua tidak memaksakan stimulasi kepada seorang anak dan menyediakan suasana belajar yang menyenangkan. Sehingga seorang anak terdorong sendiri untuk bisa membaca. Jika keinginan tersebut sudah muncul, proses belajar membaca bisa lebih cepat dan lancar.

Adapun dampaknya dari seorang anak yang tidak membaca buku, dilansir dari buku Generasi Emas (2019) karya Ahmad Rifa'i, berikut dampak negatif generasi muda yang malas membaca, yaitu: Banyak generasi muda yang menjadi generasi pemalas. Kurangnya pengetahuan yang dimiliki, sehingga tidak mampu bersaing dengan daerah lain bahkan negara luar. Sulit mendapatkan pekerjaan karena minimnya pengetahuan Generasi muda yang malas membaca akan sulit dalam bersosial karena wawasan yang kurang Generasi muda akan sukit mengembangkan potensi dalam diri karena sempitnya pengetahuan Banyk generasi muda yang tidak peduli dengan lingkungan sekitar dan cenderung egois karena sibuk dengan gawainya.

Dikutip dari Kompas.com, penelitian dilakukan organisasi pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan PBB (UNESCO) pada 2016 terhadap 61 negara di dunia menunjukkan kebiasaan membaca di Indonesia tergolong sangat rendah. Hasil studi yang dipublikasikan dengan nama "The World's Most Literate Nations", menunjukan Indonesia berada di peringkat ke-60, hanya satu tingkat di atas Botswana.

Penyebab rendah minat dan kebiasaan membaca itu antara lain kurangnya akses, terutama untuk di daerah terpencil. Hal itu merupakan salah satu yang terungkap dari Indeks Aktivitas Literasi Membaca (Alibaca) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Meski demikian, dampak negatif yang ditimbulkan dari kurangnya minat seorang anak membaca buku sangat mengerikan, maka dari itu untuk mewujudkan generasi bangsa yang bermutu mari tingkatkan potensi bangsa dari seorang anak yang gemar membaca buku.

Salam Literasi, Sela Lestari.

Selamat Hari Buku Anak Sedunia / Happy International Board of Books for Young People

2 April 1966 -- 2 April 2023

.

.

.

Penulis: Sela Lestari

Foto: Sela Lestari

Tugas: Creative Writing

Dosen: Sisca T. Gurning, S.Sos.,M.I.Kom

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun