Mohon tunggu...
Sela venewjila
Sela venewjila Mohon Tunggu... Freelance writer

Hi, aku Sela, Ibu millenial dengan dua orang anak. Saat ini sedang mengambil sebagai sertifikasi perencana keuangan. Aku suka bercerita tentang keuangan rumah tangga dan pengembangan diri. Happy reading !!! Instagram : @selavenew

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Begini Risiko Kalau Single Parent Curhat ke Anak

14 Juni 2025   23:00 Diperbarui: 15 Juni 2025   21:36 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orang tua bercerita ke anak. (Sumber: pixabay.com)

Parents, mungkin saat ini sedang ada di masa sulit. Ditinggalkan pasangan entah itu karena perceraian atau kematian. Pengasuhan anak saat ini kamu yang handle sendiri. Ada perasaan dan keinginan untuk menyampaikan emosi saat ini dan mencari penghiburan ke anak.  

Pernah saya menonton suatu podcast dimana bintang tamunya Ibu dan Anak, mereka bercerita mengenai struggle kehidupan mereka sepeninggal suami atau ayah. Si anak bercerita dan melabeli dirinya sebagai “Jurnal si Ibu”. Kemudian Ibunya juga bilang “Aku bersyukur memiliki kamu, karena kamu selalu mengutamakan Ibu“. 

Apapun yang terjadi di kehidupan saat itu anaknya selalu mendapat update mengenai perjalanan hidup si Ibu. Dia dapat merasakan perasaan sedih, hancur, takut, putus asa, rasa bersalah, kesepian, frustasi, bingung hingga menjadi kuat dan bahagia. Anak ini terlihat lebih dewasa daripada teman sebayanya.

Walau terlihat seperti hal yang luar biasa, saya melihatnya ada ketidakseimbangan hubungan antara orang tua dan anak. Ya, adanya peran pengasuhan yang dilakukan oleh si anak atau parentifikasi.  

Apa itu parentifikasi anak?

Parentifikasi anak adalah adanya keinginan dari anak untuk bertanggung jawab atas emosional orang tuanya. Anak menjadi peran pengganti misalnya seorang ibu menggunakan anak laki-lakinya untuk mengisi kekosongan batinnya yang seharusnya diisi oleh pasangan. 

Seringkali curhat ini dianggap normal dan tidak disadari dampak jangka panjang untuk perkembangan anak.  

Dampak parentifikasi pada anak

Menurut Meilinda Sutanto pada buku Family Constellation (2023) anak-anak adalah manusia yang cukup sabar. Orang tua yang selalu bercerita dan meluapkan emosinya, dalam kondisi ini anak akan menekan kebutuhan emosinya dan tidak ada ruang untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. 

Anak bertanggung jawab untuk selalu membahagiakan orang tuanya. Ada perasaan takut untuk di cap egois atau tidak tahu terima kasih, takut ditinggalkan atau ditolak ketika mengungkapkan isi hatinya sendiri. Menerima cerita secara terus menerus anak akan merekam dan berimajinasi sampai menimbulkan trauma.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun