Mohon tunggu...
Kang Isrodin
Kang Isrodin Mohon Tunggu... wiraswasta -

aku anak desa yang punya mimpi,membangun Indonesia dengan memulai dari desa untuk Indonesia, memulai dari park farmer PAKIS wujud dedikasi utk negeri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ke-Bhinekaan Itu Satu "Indonesia"

15 Februari 2017   10:58 Diperbarui: 15 Februari 2017   11:34 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
inilah bukti kebhinekaan Indonesia_kampung pesawahan cilongok banyumas_kp

Siapa berbuat baik, sejatinya ia berbuat baik pada dirinya sendiri, dan siapa berbuat kejahatan sejatinya sedang berbuat kejahatan pada dirinya sendiri (al-ayat).

Manusia terlahir memang sudah menjadi catatan sejarah yang tak akan pernah bisa terhapus, sampai berakhirnya kehidupan di dunia fana ini.

Datang untuk terlahir, manusia lahir tumbuh kembang pun akhirnya kembali menjadi tiada karena ketiadaan itu sendiri.

Pertanyaannya adalah, dimana kita dilahirkan dalam balutan seperti apa hingga kita merasakan nikmat hidup di dunia, dan yang pasti jangan sekali-kali kita menyesali atas keberadaan hidup kita sejatinya.

Hidup adalah masalah sejatinya, karena bersyukurlah ketika kita terlahir sudah menjadi masalah bagi diri, keluarga, lingkungan bahkan pada negeri ini.

Masalah sejatinya adalah solusi atas dirinya, manusia akan terus tumbuh kembang dewasa, menerima semua perbedaan yang terus berkembang harus mau dan mampu meng-iyakan, bahwa hidup dengan berbagai persoalan yang ada maka kita pun harus mengakuinya dengan legowo atas reaksi sebab akibat dari hidup ini.

Masalah hidup terlahir atas proses doa untuk kemudian terlahir sejatinya, akan-kah proses kehidupan selanjutnya hanya berharap atas do’a-do’a yang terus kita panjatkan, jawabku, tidak. karena masalah hidup harus terus kita jangkarkan menjadi yang fundamental untuk kita hadapi.

Hidup untuk mengakarkan, ibarat menanam pohon pasti akan tumbuh rumput-rumput yang tak diinginkan, meyakini bahwa hukum alam semesta akan bijak pada hakikatnya.

Menjalani hidup bukan untuk tercerabut dari akar hidup kita sendiri, tapi bagaimana mau dan mampu menjalani sampai benar-benar hidup kita mampu tertanam bak pohon dengan akar yang kuat, hingga tumbuh kembang menjadi pohon yang terus melahirkan generasi berkelanjutan.

Untuk sampai pada hidup yang berkelanjutan, menjadi sebuah keniscayaan ketika kita tidak mau dan mampu menerima perbedaan.

Alhasil, tidak menjadi manusia yang ambisius hidup selamanya dan hanya berharap surgaNya, namun akan melahirkan generasi manusia yang mampu memanusiakan manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun