Mohon tunggu...
Sekar Kemala Ayu
Sekar Kemala Ayu Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Hobi membaca, travelling

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Stunting: Permasalahan Tumbuh Kembang pada Anak Akibat Kurang Nutrisi

8 Agustus 2022   21:18 Diperbarui: 8 Agustus 2022   21:55 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Stunting adalah kondisi terhambatnya tumbuh kembang pada anak balita (bayi di bawah 5 tahun) yang diakibatkan oleh kekurangan gizi  sehingga fisik anak tumbuh lebih lambat dari anak seusianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi berada  dalam kandungan sampai pada awal usia sejak bayi lahir. Tetapi kondisi stunting baru bisa terlihat setelah bayi berusia 2 tahun. Penyebab stunting ada beragam. Ada dua penyebab stunting pada anak yang sering terjadi, yaitu:

  • Asupan gizi yang kurang saat masa kehamilan
  • Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) bahwa sekitar 20%  kasus stunting sudah terjadi sejak bayi berada dalam kandungan. Hal ini diakibatkan oleh kurangnya asupan gizi ibu yang berkualitas saat hamil sehingga nutrisi yang diterima janin otomatis kurang. Sehingga pertumbuhan di dalam kandungan mulai terhambat dan terus berlanjut setelah kelahiran. Oleh karena itu asupan gizi yang baik dan memadai sangat dianjurkan untuk ibu hamil.
  •  Kebutuhan gizi anak tidak tercukupi
  • Kondisi ini juga bisa terjadi saat balita berusia dibawah 2 tahun tidak tercukupi nutrisinya. Contoh, posisi pemberian yang kurang tepat, tidak diberikan ASI eksklusif, hingga MPASI (makanan pendamping ASI) yang kurang berkualitas.

Sumber lain pun tak sedikit yang mengemukakan bahwa kurangnya asupan makanan juga bisa menjadi salah satu faktor utama penyebab stunting. Terutama asupan makanan sumber protein, mineral zinc (seng), dan zat besi saat anak memasuki usia balita. Kejadian ini umumnya sudah mulai terlihat ketika anak memasuki usia 3 bulan. Proses perkembangan tersebut lambat laun mulai melambat ketika anak berusia 3 tahun lalu diikuti dengan grafik penilaian tinggi badan berdasarkan umur (TB/U), terus bergerak mengikuti kurva standar tapi dengan posisi berada di bawah.

Anak pada kelompok usia 2 -- 3 tahun memiliki perkembangan stunting yang berbeda dan anak dengan usia lebih dari 3 tahun. Pada anak yang berusia di bawah 2 -- 3 tahun, rendahnya pengukuran grafik tinggi badan menurut usia (TB/U) bisa menggambarkan proses stunting yang sedang berlangsung. Menurut Kemenkes RI, balita bisa dikatakan stunting apabila sudah diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan standar, dan hasil pengukurannya ini berada pada kisaran di bawah normal. Seorang anak termasuk dalam stunting atau tidak, tergantung dari hasil pengukuran tersebut, tidak hanya sekedar ditebak saja.

Selain ukuran fisik lebih kecil dari anak seusianya, ada juga ciri-ciri lainnya yakni:

  • Tumbuh kembang yang cenderung lambat
  • Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya
  • Pertumbuhan gigi terlambat
  • Performa buruk pada kemampuan fokus dan memori belajarnya
  • Usia 8 -- 10 tahun anak menjadi lebih pendiam, tidak banyak melakukan kontak mata terhadap orang di sekitarnya
  • Berat badan balita tidak naik bahkan cenderung menurun.
  • Perkembangan tubuh anak terhambat, seperti telat menarche (menstruasi pertama anak perempuan).
  • Anak mudah terserang berbagai penyakit infeksi.

Sementara untuk tahu apakah tinggi anak normal atau tidak, perlu secara rutin memeriksakannya ke pelayanan kesehatan terdekat. Konsultasikan perkembangan anak secara rutin ke dokter, bidan, posyandu, atau puskesmas setiap bulannya. Dampak jangka pendek stunting adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pada pertumbuhan fisiknya, serta gangguan metabolisme. Sedangkan untuk jangka panjang, stunting yang tidak ditangani dengan baik sedini mungkin berdampak sebagai berikut

  • Menurunkan kemampuan perkembangan kognitif otak anak
  • Kekebalan tubuh lemah sehingga mudah sakit
  • Risiko tinggi munculnya penyakit metabolik seperti kegemukan
  • Penyakit jantung
  • Penyakit pembuluh darah
  • Kesulitan belajar

Dampak lainnya dari stunting adalah kemungkinan anak yang mengalami stunting akan memiliki tingkat produktivitas yang rendah dan sulit bersaing di dalam dunia kerja. Bagi anak perempuan yang mengalami stunting, ia berisiko untuk mengalami masalah kesehatan dan perkembangan pada keturunannya saat sudah dewasa. Hal tersebut biasanya terjadi pada wanita dewasa dengan tinggi badan kurang dari 145 cm karena mengalami stunting sejak kecil.

Ibu hamil yang bertubuh pendek di bawah rata-rata (maternal stunting) akan mengalami perlambatan aliran darah ke janin serta pertumbuhan rahim dan plasenta. Kondisi tersebut berpengaruh pada kondisi bayi yang dilahirkan. Bayi yang lahir dari ibu dengan tinggi badan di bawah rata-rata berisiko mengalami komplikasi medis yang serius, bahkan pertumbuhan yang terhambat. Perkembangan saraf dan kemampuan intelektual bayi tersebut bisa terhambat disertai dengan tinggi badan anak tidak sesuai usia.

Salah satu penanganan pertama yang bisa dilakukan untuk anak dengan tinggi badan di bawah normal yang didiagnosis stunting, yaitu dengan memberikannya pola asuh yang tepat.

Meliputi inisiasi menyusui dini (IMD), pemberian ASI Eksklusif sampai usia 6 bulan, serta pemberian ASI bersama dengan MP-ASI sampai anak berusia 2 tahun. Sebagaimana anjuran dari World Health Organization (WHO) dan United Nations Children's Fund (UNICEF) agar bayi usia 6-23 bulan untuk mendapatkan makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang optimal.

Ketentuan pemberian makanan tersebut sebaiknya mengandung minimal 4 atau lebih dari 7 jenis makanan, meliputi serealia atau umbi-umbian, kacang-kacangan, produk olahan susu, telur atau sumber protein lain, dan asupan kaya vitamin A atau lainnya.

(Muhammad Muamar Zamroni)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun