Mohon tunggu...
Sekar Diah Pramudita
Sekar Diah Pramudita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ekonomi Mikro Pulih, Mengapa Harga Emas Turun?

17 Januari 2022   16:10 Diperbarui: 17 Januari 2022   16:35 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Selama dekade terakhir, para ahli yang menangani polusi merkuri telah menarik perhatian pada proliferasi situs yang terkontaminasi di area penambangan emas skala kecil dan artisanal (ASGM) secara global, menggunakan berbagai pendekatan untuk mempelajari biaya sosial dan ekologi polusi (Li et al. ., 2009, Bose-O'Reilly et al., 2010, Telmer dan Veiga, 2009). 

Ada juga banyak literatur tentang teknologi untuk mengurangi penggunaan merkuri dalam ekstraksi emas (Garca et al., 2015, Appel dan Na-Oy, 2012) serta pengaruh sosial ekonomi pada praktik penambangan emas (Spiegel, 2009, Spiegel, 2012a, Hilson, 2006, Dondeyne dan Ndunguru, 2014, Saldarriaga-Isaza et al., 2013). 

Namun, ada kekurangan literatur, khususnya di Asia, yang berfokus pada hubungan antara produksi merkuri, arus perdagangan, penggunaan merkuri dalam PESK dan keterkaitan proses ekstraktif yang berbeda di sepanjang rantai komoditas emas/merkuri dan dinamika tenaga kerja dan tenaga yang terkait. . 

Dalam makalah ini, kami fokus pada tantangan dalam mengurangi polusi merkuri di sektor PESK Indonesia. Setelah bertahun-tahun perdebatan antar pemerintah yang berpuncak pada Konvensi Minamata tentang Merkuri (UNEP, 2013a), Pemerintah Indonesia mengumumkan rencananya untuk menghentikan penggunaan merkuri dalam PESK sepenuhnya pada tahun 2018. 

Ditandatangani oleh Indonesia dan lebih dari 120 negara lain, Minamata Konvensi menetapkan bahwa negara-negara dengan kegiatan PESK "lebih dari tidak signifikan" mengembangkan Rencana Aksi Nasional untuk sektor ini, termasuk langkah-langkah untuk mengendalikan perdagangan merkuri, pembangunan kapasitas untuk meningkatkan kesadaran risiko dan mendukung adopsi teknologi yang lebih bersih dalam komunitas PESK, formalisasi atau regulasi PESK, dan langkah-langkah lain yang muncul setelah bertahun-tahun negosiasi antar pemerintah yang ekstensif (Fritz et al., 2016, Selin, 2014a, Selin, 2014b, Clifford, 2014, Spiegel et al., 2015, Sippl, 2015). 

Kami mengeksplorasi ekonomi ekologis penghapusan merkuri untuk sektor PESK, menyoroti kebutuhan untuk memikirkan kembali asumsi yang mendasari solusi yang berpusat pada pasar dan teknologi di masa lalu dan dengan hati-hati menghubungkan analisis dinamika perdagangan merkuri, strategi peraturan kelembagaan dan proses sosial ekonomi regional yang membentuk penggunaan merkuri di daerah pertambangan emas.

Secara global, banyak pakar lingkungan telah menekankan bahwa PESK adalah salah satu sumber emisi merkuri terbesar di dunia dan intervensi baru sangat dibutuhkan di sektor ini (Veiga et al., 2014a, Davies, 2014, Swain et al., 2007, Sippl dan Selin, 2012). 

Indonesia diakui oleh PBB sebagai penghasil merkuri terbesar ketiga di dunia setelah China dan India, dengan laporan yang memperingatkan bahwa penggunaan dan polusi merkuri di sektor PESK Indonesia telah meningkat secara signifikan selama dua dekade terakhir (IPEN, 2015; Balifokus, 2015, Spiegel dan Veiga, 2006). 

Menyikapi periode sebelum Indonesia menandatangani Konvensi Minamata tentang Merkuri, Ismawati (2014) meneliti bagaimana US$32 juta merkuri diekspor ke Indonesia pada tahun 2012, sebagian besar untuk digunakan dalam PESK, mencatat korelasi jangka panjang antara kenaikan harga emas global dan peningkatan impor merkuri ke Indonesia antara tahun 1998 dan 2012. 

Pemilihan 2018 untuk penghapusan total merkuri adalah target Pemerintah Indonesia sendiri, bukan target "wajib" secara global, dan menunjukkan urgensi yang dilakukan beberapa otoritas pemerintah terhadap polusi di Indonesia. ASGM dalam pengumuman kebijakan. 

Namun, sementara target penghapusan polusi yang ambisius telah disambut oleh beberapa pihak, pengumuman pemerintah mengenai rencana merkuri Indonesia telah menimbulkan berbagai tanggapan skeptis. Seperti yang dicatat oleh seorang pemerhati lingkungan terkemuka di Indonesia, "Indonesia adalah yang pertama mempublikasikan rencana aksi nasionalnya...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun