Mohon tunggu...
sekar wahyuningwulan
sekar wahyuningwulan Mohon Tunggu... Foto/Videografer - sekar wahyuning wulan

sekar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Ekonomi Masyarakat

25 November 2020   15:25 Diperbarui: 25 November 2020   15:32 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh : Sekar Wahyuning Wulan- Mahasiswa prodi pengembangan masyarakat islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Walisongo Semarang

Awal tahun 2020 ini umat manusia diseluruh dunia digoncang dengan pandemi Virus Corona (Covid-19) yang membuat kepanikan dimana-mana. Ratusan ribu manusia terinfeksi dan ribuan lainnya meninggal dunia. Pandemi covid 19 berdampak besar pada berbagai sector, salah satunya ekonomi. Pemerintah Indonesia mulai menerapkan pembatasan dengan kebijakan social distancing (jaga jarak sosial, menghindari kerumunan), lalu physical distancing (jaga jarak antar orang minimal 1,8 meter) sejak awal Maret 2020. Kebijakan itu telah menurunkan secara drastis aktivitas dan pergerakan orang di Jabodetabek dan kota-kota besar. Hal ini dapat dilihat dari menurunnya jumlah penumpang pada berbagai sarana transportasi mulai pesawat terbang, kereta api komuter, bus dan busway, angkot, taksi, taksi online, hingga ojek dan ojek online (ojol).

Pembatasan aktivitas akibat pandemi Covid-19 telah menimbulkan kerugian ekonomi secara nasional. Kerugian itu hanya akan tertutupi apabila krisis dapat diakhiri sebelum menimbulkan kebangkrutan usaha secara massal. Tulisan ini dibuat sebelum PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) berakhir sehingga analisis ini masih didasarkan pada perhitungan apabila PSBB berjalan selama 1 bulan di area Jabodetabek. Sedangkan apabila PSBB diperlama dan atau diperluas ke kota-kota lain, maka otomatis dampak kerugian membesar, dan dapat diproyeksikan berdasar perbandingan waktu dan luasan area. 

Terdapat beberapa sektor yang memiliki andil kerugian terbesar. Sektor bisnis yang paling terpukul adalah yang mengandalkan keramaian (seperti pariwisata, event atau pertunjukan, pameran, mall), lalu bisnis pendukungnya (seperti transportasi massal, ticketing, hotel, perdagangan musiman/souvenir, dll), bisnis yang tidak dapat menerapkan physical/social distancing (seperti salon, pangkas rambut, ojek, spa, permainan anak-anak, hingga jasa pembersihan rumah, dll), bisnis produk tersier yang penjualannya tergantung pada dana tabungan masyarakat (seperti properti, kendaraan pribadi, perawatan tubuh, hobby, dll) serta bisnis pendukungnya seperti leasing dan lembaga pemberi kredit lainnya.

Negara mengalami 'kerugian' karena pendapatan anjlok khususnya dari pajak sedangkan belanja melonjak karena harus mengatasi kondisi darurat, menyediakan jaring pengaman sosial, mengatasi penderita sakit, pengerahkan aparat dan tenaga kesehatan ekstra, membayar bunga untuk utang baru, dll. Namun kerugian itu nanti akan dikompensasi pada pendapatan (pajak dan non-pajak) berikutnya, sehingga pada dasarnya negara akan impas alias tidak rugi, kecuali apabila dalam pelaksanaan ada kebocoran/pencurian/korupsi terhadap asset negara.

Ditengah berkecamuknya kehidupan masyarakat karna adanya virus corona, membuat setiap orang hidup dengan penuh ketidak pastian dan menimbulkan keresahan bagi masyarakat. Dengan adanya aturan pemerintah yaitu tentang anjuran pemerintah untuk tetap dirumah dan melaukan WFH  membuat  sebagian besar industri dilarang menghentikan dan mengurangi kegiatan operasional hingga melakukan pengurangan karyawan secara besar besaran. Akibatknya sekarang banyak orang -- orang yang kehilangan mata pencaharian mereka. Oleh karena itu kita harus mampu berinovasi dengan menciptakan ide ide bisnis yang sesuai kondisi saat ini. Namun ada sector -- sector relevan yang justru bisnisnya membaik, salah satunya sector  medis dan kesehatan. Banyak pedagang pegang kecil yang beraih pada sector medis, seperti menjual masker dan hand sanitizer.

Ada pula sektor bisnis yang berpotensi mendapatkan keuntungan dari pembatasan sosial di antaranya adalah penyedia layanan pengiriman barang, operator seluler dan internet provider, penyedia kredit darurat, asuransi kesehatan, dan sejenisnya. Tentu dengan catatan PSBB tidak terlalu lama sehingga masyarakat masih memiliki tabungan, dan para penyedia jasa mampu melakukan inovasi dan layanan secara memadai.  Selain itu di zaman modern ini pelaku bisnis juga dapat beralih melakukan penjualan secara online. Dengan adanya teknologi yang semakin berkembang tentunya dapat dimanfaatkan sebagai inovasi untuk mengemangkan bisnis agar semakin besar.

DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/user/Downloads/6207-15173-1-PB.pdf

STIE Putra Bangsa

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun