Mohon tunggu...
Seftina Lailatul Zuhro
Seftina Lailatul Zuhro Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Jember

menulis adalah terapi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Satu Lemah, Semua Lemah, Analisis Hubungan Rantai Perekonomian Dunia Menghadapi Masa Endemi

15 Maret 2023   18:31 Diperbarui: 15 Maret 2023   18:32 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kalimat satu lemah, semua lemah cukup layak menggambarkan bagaimana kondisi negara-negara di belahan dunia setelah mengalami masa pandemi akibat menyebarnya virus covid-19 secara global dan merata ke seluruh penjuru dunia. Makna satu lemah, semua lemah memiliki konteks dalam perekonomian dunia khususnya dalam rantai perekonomian global yang terbentuk antarnegara dimana saat salah satu negara terutama yang memiliki pengaruh besar mengalami penurunan sektor perekonomian, maka tak heran apabila negara lain turut mengalami hal yang sama.

Masa endemi didefinisikan sebagai sebuah keadaan yang terjadi setelah selesainya masa pandemi atau tersebarnya penyakit secara global, yang dalam hal ini dikaitkan dengan urgensi pandemi akibat penyakit covid-19 yang terjadi di tiga tahun belakangan. Peralihan dari masa pandemi menuju masa endemi menyebabkan banyak hal, sebab peralihan kegiatan normal yang berubah drastis saat pandemi juga tidak kalah merepotkan dan mengubah banyak hal.

Kegiatan normal yang biasa manusia lakukan sehari-hari seperti beraktifitas di luar ruangan untuk pergi ke sekolah, bekerja, dan melakukan kegiatan lain ketika itu juga harus berhenti dan berubah menjadi larangan untuk pergi keluar rumah, atau membatasi kegiatan diluar ruangan dengan beberapa aturan. Hal ini menyebabkan pergantian kegiatan luar menjadi kegiatan yang dilakukan secara jarak jauh sebab larangan dan pembatasan untuk beraktifitas diluar rumah bersama orang lain, sebab virus yang gampang menular melalui kontak antara manusia.

Sebab terbatas bahkan di beberapa negara sampai dilarangnya interaksi sosial antarmanusia dan kegiatan diluar rumah, membuat kegiatan perekonomian dalam negeri pun turut berhenti. Sejatinya, tidak hanya kegiatan ekonomi saja namun juga mempengaruhi semua aspek mulai dari politik hingga pendidikan tersendat. Namun pada masa ini, aspek ekonomi lah yang terlihat jelas memiliki perbedaan mencolok pada penurunannya.

Analogi yang terjadi, di Indonesia pada masa pandemi masyarakat memang masih melakukan kegiatan perekonomian seperti jual beli barang, yang bisa dilakukan di e-commerce. Bahkan bisa dibilang tingkat konsumtifitas masyarakat Indonesia cenderung bisa dikatakan naik pada masa pandemi. Namun disisi lain, Fiskal dan Moneter yang merupakan dua instrumen penyusun utama perekonomian negara justru tersendat. Mengabaikan fakta diatas daya konsumtifitas masyarakatnya, hasil kebijakan fiskal yang dapat berupa pembayaran pajak masyarakat dan APBN yang dimiliki negara justru diseger hampir seluruhnya menjadi anggaran untuk menangani masalah virus covid-19 dalam bidang kesehatan.

Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia saja, bahkan di negara lain yang kondisi perekonomian fiskalnya tidak se-stabil milik Indonesia justru mengalami kondisi penurunan perekonomian yang lebih parah, terlebih melihat perbedaan keadaan bagaimana penyebaran virus covid-19 di negaranya. Semakin banyak korban yang terjangkit dan semakin parah kasus yang terjadi, maka semakin banyak pula anggaran dana negara yang dialihkan untuk membiayai permasalahan kesehatan tersebut.

Akan tetapi permasalahan pada masa endemi yang dihadapi sesungguhnya bukan karena anggaran pendapatan dan belanja negara yang menurun, berkurang, atau sepenuhnya habis teralihkan untuk recovery dalam bidang kesehatan. Sebab hal tersebut memang suatu keharusan yang ditalangi oleh APBN negara, karena termasuk dalam salah satu fungsi yakni stabilisasi menurut kementerian keuangan negara. Permasalahan perekonomian sesungguhnya yang muncul ketika usainya pandemi adalah inflasi yang dapat terjadi secara terus menerus. Dan sebab inilah yang kemudian merantai dan saling menjerat antarnegara.

Inflasi atau yang bisa diartikan sebagai kenaikan harga memang merupakan salah satu bagian dari aspek perekonomian, terjadinya inflasi sejatinya bukan merupakan hal yang mengejutkan karena bisa terjadi sewaktu-waktu bahkan setiap harinya pun bukan merupakan sebuah ancaman yang serius, dalam konteks apabila hal tersebut diimbangi dengan deflasi. Yang menjadi urgensi adalah apabila inflasi terjadi secara terus menerus dan berkepanjangan, dan ciri-ciri inflasi yang bertahan lama ini terjadi pada masa endemi ini.

Ada berbagai macam penyebab bagaimana inflasi bisa terjadi dan bisa terjadi terus menerus, terlebih dalam konteks setelah masa pandemi usai atau memasuki era endemi. Diantaranya adalah kekurangan pasokan barang, kenaikan harga komoditas pangan, dan depresiasi mata uang. Dalam hal ini dijelaskan mengapa bisa perekonomian setiap negara saling berkaitan dan memberikan pengaruh satu sama lain yaitu pada alasan depresiasi mata uang.

Sejatinya rantai ekonomi global menyebabkan satu negara dengan negara lain dan saling terjerat dan memiliki keterkaitan, dimana hal ini menyebabkan jika di satu negara mengalami kenaikan harga mata uang atau kurs maka akan mungkin juga mempengaruhi negara lain, terutama bagi negara-negara besar yang berpengaruh seperti Amerika, China, negara di eropa tengah, asia timur dan negara-negara besar lainnya.

 Menjawab bagaimana hubungan antara aspek ekonomi setiap negara dapat saling berkaitan tersebut dapat dijelaskan melalui bagaimana globalisasi membentuk kapitalisme di setiap negara yang pada dasarnya memang saling bekerjasama dan berhubungan dalam lingkup global. Kerjasama yang dimaksudkan seperti turut berperan serta masuk dalam industri-industri yang bertaraf global. Tidak ada batasan yang terkait seberapa luas interaksi ekonomi yang terjalin dalam lingkup global, semua perusahaan negara bebas berinteraksi satu sama lain dalam kepentingan ekonomi. Misalnya saja dalam persoalan investasi, saham, modal, dan sejenisnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun