Mohon tunggu...
Seftian Karim
Seftian Karim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Semoga lancar

Semoga lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Sjahrir pada Masa Pendudukan Jepang

20 April 2021   14:06 Diperbarui: 20 April 2021   14:21 4067
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sutan Sjahrir, mungkin namanya terdengar asing bagi generasi muda sekarang. Namanya juga tidak terlalu banyak muncul dalam buku sejarah, Sutan Sjahrir biasanya dikenal hanya sebatas menjadi perdana menteri pertama dan aktor utama dalam Perundingan Linggarjati. Namun, jika kita telusuri dengan lebih dalam, Sjahrir adalah sosok yang berperan besar bagi demokrasi Indonesia.

Sjahrir lahir di Padang Panjang, Ranah Minangkabau, Sumatera Barat. Ia lahir pada tanggal 5 Maret 1909. Ayahnya bernama  Mohamad Rasad gelar Maharadja Soetan, yang berasal dari Kota Gadang, dan bekerja sebagai Jaksa Kepala Landraad, Pengadilan Negeri. Ibunya, Poetri Siti Rabiah asal dari Natal, daerah pantai bagian Selatab Tapanuli, dari keluarga raja-raja lokal swapraja.

Sejak datang ke Negeri Belanda pada 1929, Sjahrir lebih banyak menghabiskan waktunya diluar kampus. Ia jarang mengikuti kuliah karena minat dan perhatiannya berada di tempat lain, yaitu forum diskusi.

Rencana Sjahrir

Saat Jepang mulai masuk ke Indonesia pada Januari 1942, pemerintah Hindia Belanda mengasingkan Hatta dan Sjahrir ke Sukabumi, Jawa Barat. Sebelum diasingkan ke Sukabumi, Sjahrir sudah dan Hatta sudah diasingkan terlebih dahulu di Banda Neira. Mereka dipulangkan dari Banda Neira oleh Belanda karena saat itu tentara Jepang mulai menyerang Ambon dengan menjatuhkan bom-bom di pulau itu. Jika telat beberapa jam saja mereka dijemput, mungkin nasib Indonesia bisa saja berbeda karena bom-bom tersebut dijatuhkan oleh tentara Jepang setengah jam setelah Hatta dan Sjahrir diterbangkan. Dan seperti yang kita ketahui saat ini Hatta dan Sjahrir mempunyai peran yang begitu besar dalam usaha Kemerdekaan Indonesia. Jadi bisa saja nasib Indonesia saat ini berbeda jika kedua tokoh itu tidak dijemput oleh Belanda.

Sekembalinya dari pengasingan di Banda Neira, Maluku. Syahrir bertemu dengan Sastra yang merupakan teman lama di Bandung saat masih aktif di PNI-Baru. Sastra menemui Sjahrir setelah mendengar kabar bahwa temannya telah kembali ke Jawa dan tinggal bersama Hatta di kompleks polisi Sukabumi.

Di rumah Sjahrir, Sastra tinggal sehari semalam dan mereka membuat rencana. Hatta akan berpura-pura bekerja sama dengan Jepang untuk melindungi teman-temannya yang berjuang melawan Jepang. Dari sinilah awal mula perjuangan Sjahrir dan kawan-kawannya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Selain Hatta, tokoh-tokoh nasionalis Indonesia yang lainnya juga bersedia melakukan kerja sama dengan pemerintah Jepang seperti Soekarno. Alasan pihak Jepang melakukan kerja sama dengan para tokoh nasionalis terkemuka adalah untuk mendapatkan dukungan dari rakyat Indonesia untuk membantu Jepang.

Selama masa pendudukan Jepang ini, Sjahrir memilih menjauhi "Saudara Tua" ini. Sjahrir membangun jaringan gerakan bawah tanah anti-fasis Dai Nippon (militer Jepang). Ini berbeda dengan tokoh pemuda lain seperti Soekarno dan Hatta, yang "bekerja sama" dengan Jepang.

Pada akhir tahun 1943, Jepang mendekati Soekarno dan Hatta untuk diminta bekerja sama, Soekarno dan Hatta menyetujuinya namun dengan syarat ia diperbolehkan mengorganisasi pembangunan bangsa Indonesia. Keadaan Jepang yang sulit dan kesadaran akan pentingnya pemimpin yang popular seperti Soekarno dan Hatta membuat Jepang dengan mudahnya menerima syarat- syarat tersebut. Namun, Jepang gagal ketika mengharapkan Sjahrir bekerja sama dengan mereka. Sjahrir beralasan bahwa ia terlalu disibukan oleh kegiatan 'pendidikannya' untuk memikirkan hal yang lain. Alasan tersebut digunakan untuk menutupi kegiatan bawah tanahnya.

Gerakan Bawah Tanah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun