Mohon tunggu...
Sefri Ton
Sefri Ton Mohon Tunggu... Penulis - Sang Pujangga

Suka jalan, suka nulis, suka nyanyi, suka main bola, suka hati

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Perilaku Flexing: Antara Pamer Harta dan Harga Diri di Media Sosial

14 Maret 2023   19:50 Diperbarui: 14 Maret 2023   19:55 1298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media sosial (medsos) pada dasarnya merupakan sebuah cara untuk berkomunikasi secara digital (online), membangun dan menjaga hubungan dengan orang lain serta mempromosikan produk atau jasa kepada konsumen. 

Medsos juga merupakan platform yang diharapkan dapat memberikan kemudahan dan dampak positif kepada pengguna atau pribadi untuk dilirik oleh public. Contoh seperti tokoh public, tokoh politik atau influencer. Pengguna aktif di medsos pada Januari 2022 mencapai 191 juta akun. 

Pengguna medsos ada yang cenderung untuk menunjang gaya hidup, termasuk memamerkan kekayaan dan kemewahannya. Hal ini dilakukan sebagai bentuk menjadi diri sendiri untuk mencapai harga diri yang tinggi. 

Namun, harga diri yang tinggi bisa menimbulkan aspek negatif, seperti etnosentrisme ekstrim, narsisme, pamer kekayaan lewat media sosial atau atau perilaku flexing. 

Koin Perak - Harta Kekayaan di Pertengahan Bulan Maret 2023

Perilaku Flexing

Perilaku flexing atau perilaku pamer menunjukan penampilan yang tidak biasa atau tidak pantas. Misalnya suka memperlihatkan sesuatu barang yang mahal yang dimiliki, suka menarik perhatian orang lain, suka cerita kebaikan dirinya, atau hal lain yang tidak umum. Flexing ini biasanya berhubungan dengan perilaku oleh influenser di medsos.

Inluencer di Indonesia sebagian sangat suka melakukan flexing di medsos. Wolipop.detik.com menulis bahwa ada influenser harus berurusan dengan kepolisian, dikarenakan kekayaannya merupakan hasil penipuan atau tindakan lain yang melanggar hukum. ada juga influeser yang tertipu. 

Jika diperhatikan dari unggahan konten yang dimiliki memang mengandung flexing. Tindakan semacam ini dinilai sebagai sesuatu yang diluar batas normal. 

Ketidaknormalan influenser ini ada yang sampai dikecam oleh masyarakat. Perkembangan situasi saat ini membuat masyarakat biasa mempertontontonkan semua hal. Tapi tentu saja itu tidak normal jika mengganggu kegiatan individu atau menunjukkan perilaku yang cenderung mendorong keinginan.  Coba kita melihat dari sisi psikologi sosial tindakan flexing  ini dengan harga diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun