Mohon tunggu...
Pretty Sefrinta Anggraeni
Pretty Sefrinta Anggraeni Mohon Tunggu... Guru - Bachelor of Psychology | Guidance Counselor

Never stop learning. Never stop thinking | Ig: sefrintapretty

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Sehatkah Orang yang Senang Berkhayal?

18 Maret 2021   11:10 Diperbarui: 18 Maret 2021   11:16 2215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Sejak masih kanak-kanak entah usia 8 atau 9 tahun, aku mulai suka berkhayal menjadi karakter lain yang berbeda dengan ku. Di dalam khayalanku memiliki cerita yang kompleks dengan karakter dan plot. Bahkan aku menciptakan keterikatan emosional dengan karakter dan kehidupan yang kuciptakan dalam khayalan. Aku bisa merasakan kesedihan, senang, marah, dan emosi lainnya saat larut dalam khayalanku. Kebiasaan berkhayal ini kulakukan saat akan tertidur di malam hari, atau saat aku kesal dan kecewa dengan sesuatu. Awalnya ku kira ini hal biasa yang juga dialami oleh anak-anak seumuranku, tapi semakin bertambah usia kebiasaan ini terus berulang dan semakin bertambah parah. Aku bisa berkhayal hingga 4-5 jam setiap hari. Dan tanpa kusadari membuat aku melalaikan atau kehilangan ketertarikan pada kegiatan yang lain di dunia nyata."

Panggil saja Kate, sebutan yang ingin ia gunakan sebagai nama samaran. Sama persis dengan nama karakter yang ia ciptakan dalam khayalannya, Kate. Usianya bukan anak-anak atau remaja lagi saat menceritakan kisahnya kepada penulis. Sama halnya dengan rutinitas sehari-hari seperti makan, minum, dan mandi, pada titik ini Kate merasa perilaku berkhayal yang ia lakukan sampai sekarang adalah suatu rutinitas, tanpa perlu pemicu dari kehidupan nyata.

Perilaku berkhayal yang dilakukan Kate disebut sebagai Maladaptive Daydreaming. Dilansir dari heathline.com Maladaptive Daydreaming adalah kondisi seseorang melakukan lamunan intens yang mengalihkan perhatiannya dari kehidupan nyata mereka. Saat seseorang jatuh cinta dengan khayalan imajinasinya, maka ia akan menghasilkan rangkaian obat antipsikotik yang biasa digunakan untuk mengobati halusinasi skizofrenia. Berbeda dengan skizofernia, orang dengan maladaptif daydreaming mampu membedakan mana yang nyata dan mana yang khayalan. Ia tahu bahwa dunia yang mereka ciptakan di dalam benak mereka tidaklah nyata.

Dilansir dari The british psychological society, Maladaptif daydreaming biasanya muncul sebagai mekanisme koping (mekanisme pertahanan diri) sebagai respons terhadap trauma, pelecehan, atau kesepian. Para penderita menciptakan dunia batin yang kompleks tempat mereka melarikan diri pada saat-saat sulit dengan melamun selama berjam-jam. Ini bisa menjadi sebuah kecanduan, orang dengan maladaptif daydreaming pasti menciptakan keterikatan emosional dengan karakter dan kehidupan yang diciptakan, yang sering menggantikan interaksi kehidupan nyata yang menyakitkan antara keluarga dan teman. Ini juga mengganggu belajar, bekerja, dan menjaga kebersihan dan kesejahteraan seseorang, yang selanjutnya menghalangi fungsi sehari-hari. Pada titik ini, berkhayal tentang kehidupan yang memuaskan adalah lebih menarik daripada menghadapi kenyataan yang menyedihkan. 

Perbedaan yang menentukan antara maladaptif daydreaming dan psikosis adalah kenyataan bahwa individu tersebut mengetahui bahwa khayalan/lamunan mereka tidaklah nyata. Gangguan ini bukan bagian dari Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-V). Tidak ada perawatan resmi apa pun. Tetapi beberapa ahli mengatakan itu adalah kelainan nyata yang dapat berdampak nyata pada kehidupan sehari-hari seseorang. Meskpiun bukan sebuah penyakit atau gangguan jiwa, maladaptvive daydreaming dapat menyebabkan gangguan psikologis lainnya seperti berisiko mengalami attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), depresi dan obsesif-kompulsif (OCD).

Apa saja gejala Maladaptif Daydreaming?

               Dilansir dari heathline.com, seseorang yang mengalami maladaptif daydreaming mungkin memiliki satu atau lebih gejala gangguan, tetapi tidak harus memiliki semua gejala. Gejala-gejalan tersebut antara lain:

  • Khayalan yang sangat jelas dengan karakter, latar, plot, dan fitur mendetail lainnya, seperti cerita
  • Khayalan yang dipicu oleh peristiwa kehidupan nyata
  • Kesulitan menyelesaikan tugas sehari-hari
  • Kesulitan tidur di malam hari
  • Keinginan yang luar biasa untuk terus berkhayal
  • Melakukan gerakan berulang sambil berkhayal
  • Membuat ekspresi wajah sambil berkhayal
  • Berbisik dan berbicara sambil berkhayal
  • Berkhayal untuk waktu yang lama (beberapa menit hingga berjam-jam)

Bagaimana Maladaptif Daydreaming dapat disembuhkan?

Dilansir dari heathline.com, pengobatan dan bergabung dengan kelompok pendukung dapat membantu meringankan bahkan menyembuhkan Maladaptive Daydreaming. Sebenarnya tidak ada pengobatan resmi untuk Maladaptif Daydreaming. Dalam sebuah studi, para peneliti menemukan fluvoxamine (Luvox) efektif dalam membantu pelamun yang maladaptif mengendalikan lamunannya. Obat ini adalah pengobatan umum untuk penderita OCD. Selain itu, bergabung dengan kelompok pendukung untuk mempelajari bagaimana orang lain mengatasi gangguan mereka dapat memudahkan Anda untuk menjauhkan lamunan maladaptif Anda. Ada beberapa forum online untuk pelamun maladaptif, termasuk Daydream In Blue dan Wild Minds Network.

Dilansir dari satupresen.com, beberapa tips-tips yang dapat dilakukan untuk mengurangi kebiasaan Maladaptive Daydreaming:

1. Menghindari hal yang memicu kebiasaan mengkhayal (trigger)

Kenali trigger-mu sendiri, apakah buku, film, atau percakapan-percakapan dengan topik tertentu. Kalau kamu sudah mengenali apa yang menjadi trigger-mu kamu bisa menghindari trigger tersebut. Misalnya kamu tertrigger dengan buku-buku dengan genre fantasi karena khayalanmu biasanya seputar fantasi maka kamu sebaiknya tidak membaca buku-buku dengan genre tersebut.

2. Latihan mindfulness

Pada latihan mindfulness kamu akan berlatih untuk mengobservasi pikiranmu sendiri dan membawanya kembali fokus saat pikiranmu melayang-layang. Nah ini adalah skill yang kamu perlukan, kalau kamu punya kecenderungan berkhayal berlebih. Dengan terbiasa latihan mindfulness kamu jadi bisa sadar saat pikiranmu mulai masuk ke dunia khayal, dan bisa responsif dengan membawanya kembali ke momen di sini dan sekarang (real life).

3. Tekan kompulsivitas

Biar kamu gak terus-terusan punya kebiasaan mengkhayal kamu harus menekan kompulsivitas untuk masuk ke dunia khayal. Salah satu caranya adalah dengan menaikkan kadar serotonin. Setidaknya ada dua cara yang bisa kamu lakukan untuk meningkatkan kadar serotonin secara alami:

Berolahraga, aktivitas fisik yang disarankan CDC untuk orang dewasa adalah 150 menit per minggu. Kamu bisa memecah kebutuhan mingguan ini jadi misalnya per hari 30 menit selama 5 hari.

Terekspos sinar matahari, kalau kamu bekerja dalam ruangan, curi-curi waktu deh biar kamu terpapar sinar matahari.

4. Menemukan cara mengekspresikan diri sendiri di real life

Bisa jadi khayalan kamu adalah hal-hal yang ingin kamu lakukan di dunia nyata tapi kamu nggak tahu bagaimana cara melakukannya. Salah satu cara buat mengurangi khayalanmu adalah dengan melakukan apa yang ingin kamu lakukan di dunia nyata. Kalau khayalanmu sering bertema petualangan, mengapa nggak membuat sendiri petualanganmu dengan travelling atau naik gunung. Kalau khayalanmu berbau romantis, mungkin kamu harus berani menyatakan perasaan ke orang yang kamu suka.

Semenarik apapun dan seindah apapun dunia khayalan yang diciptakan, tetap saja kehidupan nyata adalah kehidupan yang benar-benar kita miliki dan harus dijalani sepenuhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun