Mohon tunggu...
Pretty Sefrinta Anggraeni
Pretty Sefrinta Anggraeni Mohon Tunggu... Guru - Bachelor of Psychology | Guidance Counselor

Never stop learning. Never stop thinking | Ig: sefrintapretty

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mendidik Generasi ABCD (Aqil, Baligh, Cerdas, Dewasa)

2 Februari 2020   22:48 Diperbarui: 2 Februari 2020   22:56 3307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.picuki.com/tag/Fitrahmanusia

Saat ini, sebagai korban revolusi industri, para ayah menjadi sekedar buruh. Jangan berlindung dibalik kualitas, padahal kuantitas kurang. Tidak ada kualitas tanpa kuantitas yang cukup.

Tugas pengajaran bisa didelegasikan ke sekolah, namun tugas pendidikan tetap di rumah. Sekolah tidak bisa dijadikan tulang punggung pendidikan anak. Sekolah adalah lembaga pengajaran, bukan lembaga pendidikan. Rumah adalah lembaga pendidikan bagi anak. Pengajaran adalah transformasi ilmu, sedangkan pendidikan adalah penularan karakter.

Sekolah berasal dari bahasa latin Schole yang artinya waktu luang. Jadi dari sejarahnya, sekolah adalah sekedar kegiatan mengisi waktu luang disela-sela kegiatan utama mereka bermain menghabiskan masa anak-anak mereka. 

Kini sekolah menjadi salah kaprah dengan berubah sebagai kegiatan utama tempat orang tua buang anak. Sehingga orang tua-nya bisa tenang mencari uang untuk bayar sekolah. Sebuah ironi.

Apa yang bisa dilakukan di tengah realita tentang Remaja?
Diatas realitas alami, kita didik generasi Islami di kehidupan sesungguhnya, bukan di simulasi, laboratorium atau representative kehidupan. Rumah dan sekolah sebagai bagian dari realita seutuhnya.

1. Pendidikan yang berani dan tegas
Jaman memang sudah berubah, namun berubah lebih keras. Di luar sana makin tak aman, namun anak jangan disembunyikan. 2. Hadirkan si Raja Tega.

2. Membangun tanggungjawab
Anak tak selemah yang dibayangkan. "Tangan mencencang, bahu memikul", biarkan anak merasakan (sebagian) akibat dari perbuatannya. Berikan mereka kebebasan, serahkan amanah dan tanggungjawab.

3. Memecahkan masalah
Anak bukan makhluk bodoh. Jangan sembunyikan masalah dari anak. Saling berbagi masalah. Bawa masalah ke rumah dan ajak anak berdiskusi untuk memecahkan masalah. Ajarkan tentang problem solving. Serta menekan percepatan baligh pada anak.

4. Mencari nafkah
Ingatkah jauh-jauh hari bahwa saat mereka baligh, maka mereka harus menghidupi diri sendiri. Jangan penuhi semua permintaan mereka. Ajarkan mereka berbisnis mulai dari rumah. Mulai dari mencari uang jajan.

5. Latihan berorganisasi
Berorganisasi adalah kehidupan. Organisasi mengajarkan manajemen, kerjasama, kepemimpinan, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan sebagainya. Mulailah dari hal sederhana, seperti mengorganisir rumah, menjadi EO acara keluarga, dan mengikuti OMIS (organisasi murid intra sekolah).

Tulisan ini merupakan rangkuman dari Smart Parenting oleh Adriano Rusfi, Psi, pada tanggal 24 November 2019 di Sidoarjo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun