Mohon tunggu...
Pretty Sefrinta Anggraeni
Pretty Sefrinta Anggraeni Mohon Tunggu... Guru - Bachelor of Psychology | Guidance Counselor

Never stop learning. Never stop thinking | Ig: sefrintapretty

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Pentingnya Membedakan Opini dan Fakta di Media

10 Februari 2018   01:34 Diperbarui: 10 Februari 2018   02:06 3201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http://www.nlb.gov.sg

Media massa merupakan sumber informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Mulai media cetak seperti koran dan majalah, media elektronik seperti televisi, radio, dan film, serta media online seperti website, blog, media sosial, dan portal berita. Apalagi di era digital seperti saat ini, media online bisa mengalahkan media cetak bahkan media elektronik.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), media diartikan sebagai alat (sarana) komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster, dan spanduk; yang terletak diantara dua pihak (orang, golongan, dsb); dan sebagai perantara atau penghubung. Secara harfiah media berarti perantara atau pengantar pesan dalam sebuah proses komunikasi.

Saat ini media massa berlomba-lomba memberikan berita mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat atau yang sedang viral. Suatu berita di media layak disebut sebagai berita jika memenuhi syarat sebagai berikut fakta, obyektif, berimbang, lengkap, dan akurat. Maka berita seharusnya menjadi informasi baru, penting, dan menarik untuk masyarakat mengenai suatu peristiwa, keadaan, gagasan, atau manusia. Penulisan berita perlu menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran, akurasi, kelengkapan, keberimbangan, keadilan atau tidak berpihak, dan kepekaan terhadap semua orang.

Berita semestinya adil dan tidak berpihak, namun dibelakang media massa terkadang ada permainan politik, sehingga berita di media tersebut menjadi memaksakan opini. Dimana seharusnya berita memberikan fakta, namun yang diberikan adalah opini. Opini media mampu mengarahkan pembaca untuk memiliki suatu pemikiran baru, dimana terkadang pemikiran tersebut tidak sesuai dengan fakta. Padahal fakta adalah sesuatu yang sebenarnya ada di lapangan dan harus diketahui oleh masyarakat.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) fakta adalah hal (keadaan;peristiwa) yang merupakan kenyataan. Jadi fakta dapat berupa benda, keadaan atau sesuatu yang benar-benar terjadi. Contoh fakta adalah 9 Februari adalah hari Pers Nasional, mantan ketua DPR Setya Novanto ditahan karena kasus dugaan korupsi e-KTP, dan advokat Firman Wijaya dilaporkan ke polisi oleh Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono.

 Sementara opini adalah gagasan, ide, atau buah pemikiran seseorang terhadap suatu peristiwa, hal atau kejadian tertentu. Contoh opini adalah budaya literasi Indonesia sedang sekarat, tuai banyak kritik di 100 hari pemerintahan Anies-Sandi, dan Ahok gagal dalam memimpin Jakarta. Ada pula fakta dalam opini, contoh "Idealnya satu SD terdapat empat guru PNS ditambah guru honorer". Faktanya adalah ada empat guru PNS dan guru honorer. Opininya adalah "idealnya" bertujuan untuk meyakinkan.

Nah, masyarakat wajib memiliki pemahaman untuk membedakan antara opini dan fakta berita di media, sehingga masyarakat tidak mudah terpengaruh oleh berita opini yang sengaja dibuat untuk kepentingan politik. Lalu bagaimana cara kita membedakan opini dan fakta di media?

Mari kita perjelas dengan sebuah contoh, ada orang berinisial "A" memiliki tinggi badan 150 cm. Bagi orang lain yang tingginya lebih dari 150 cm akan berpendapat bahwa "A" adalah orang yang pendek atau tidak terlalu tinggi. Namun, berbeda dengan orang lain yang tinggi badannya kurang dari 150 cm mungkin akan berpendapat bahwa "A" adalah orang yang tinggi. Kalimat-kalimat tersebut adalah opini. Sementara faktanya adalah "A" memiliki tinggi badan 150 cm.

Contoh lain saya ambil dari bit stand up comedy Pandji Pragiwaksono, "Prabowo Jahat, opini atau fakta?. Prabowo jahat adalah opini. Faktanya adalah pada tahun 1998, Prabowo pernah menculik aktivis, setelah ketahuan oleh pihak atasan, Prabowo dipecat secara tidak hormat dari militer, dan sebelum sempat disidang ia pergi keluar negeri."

Selain mampu membedakan opini dan fakta dalam berita di media, masyarakat perlu mencari dan membandingkan berita dari berbagai sumber, sebab bisa saja berita tersebut bukan lagi sebuah opini tetapi sebuah berita hoax atau fake news. Cari berita dari sumber yang jelas dan terpercaya, jangan hanya membaca berita dari konten bersponsor, dimana hanya mengumbar judul-judul sensasional dan isinya tidak bermutu.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun