Perumahan kompleks "Amora" sedang ramai dengan berita tentang kedatangan sorang asisten rumah tangga yang baru. Â Cantika, nama asisten rumah tangga baru itu. Ia sengaja dikirim dari agensi resmi ke perumahan itu dikarenakan ada permintaan dari calon majikan yang menginginkan jasanya.
Kedatangannya pun membuat cemburu para asisten-asisten rumah tangga yang lainnya. Apalagi ketika mereka tahu asisten rumah tangga  itu memiliki rupa yang elok, molek, menawan dan pintar.
Itulah rumor yang mereka dapatkan. Entah, darimana desas-desus itu datang. Mereka tidak ada yang tahu. Pun yang menyebarkan berita itu tidak tahu rupanya. Padahal berita itu belum tentu benar keberadaannya. Walaupun nanti asisten rumah tangga itu akan menjadi teman mereka pula.
Asisten rumah tangga itu nanti akan ditempat tinggalkan di salah satu rumah mewah yang dihuni oleh wanita sosialita yang sudah  cukup umur.  Tapi masih melajang. Alina, nama wanita itu.
Walaupun sudah cukup umur, Alina bukanlah wanita sembarangan. Ia masih memiliki wajah yang kencang dan pula memiliki payudara yang padat. Semua alami. Tanpa detox,sulam benang di wajah apalagi operasi plastik. Itu tidak pernah ia lakukan.
Alina mengetahui calon asisten rumah tangganya itu semua dari biodata lengkap pribadi sampai poto dari pesan elektronik yang diterimanya dari Kepala Agensi Penyalur Asisten Rumah Tangga resmi kemarin senja. Lewat email. Sangat cepat ia terima.
Alina yang sempat melihatnya berdecak kagum sekaligus takjub. Ternyata asisten rumah tangga yang dikirim untuknya itu tidak seperti asisten-asisten rumah tangga yang pernah ia ketahui.
Ya, asisten rumah tangga itu lebih modern dan berpendidikan. Ia ternyata lulusan SMA. Memiliki nilai rata-rata yang cukup bagus. Sungguh mencengangkan bagi Alina.
Tapi Alina masih di atas angin karena statusnya adalah majikan. Tentu lebih terhormar dibanding asisten rumah tangganya itu nanti. Majikan tetap majikan. Pembantu harus menghormati majikannya! Itu yang membuat ia lebih tenang.
"Selamat pagi, Bu! Saya Cantika yang dikirim dari agensi untuk menemui Ibu," Â sapa Cantika dengan ramah memberitahukan tujuan ia datang.
Alina tidak menjawab. Matanya terus mengekori dari bawah kaki sampai kepala Cantika. Ia terdiam sejenak. Ia begitu kagum sekaligus tidak menyangka dengan gadis muda yang sudah ada di hadapannya saat itu.