Mohon tunggu...
Sebastian Satriadi
Sebastian Satriadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana

Bekerja sekeras mungkin sampai tetangga anda bilang anda menggunakan tuyul

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Sudah 85 Tahun tetapi Masih Bekerja Setiap Hari!

12 Oktober 2022   22:09 Diperbarui: 12 Oktober 2022   22:17 712
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meskipun sudah berumur 85 tahun, namun tidak berhenti menginspirasi melalui semangat kerjanya yang tetap bekerja mencari nafkah di setiap harinya. Di warung tumpang sederhana miliknya, beliau terus menjalankan rutinitasnya untuk berjualan demi kelangsungan hidupnya dan keluarganya.

Pada umumnya, orang yang sudah memasuki usia lanjut, kemampuannya untuk berkegiatan akan berkurang, tenaga juga pastinya akan jauh menurun. Yang sering kita lihat, orang tua lanjut usia biasanya akan menghabiskan waktu untuk beristirahat di rumah. Namun ada saja beberapa lansia yang justru masih semangat untuk bekerja.

Sudah seharusnya lansia menikmati waktu hidupnya dengan bersantai di rumah atau melakukan kegiatan yang menyenangkan, namun tidak semua lansia memiliki keberuntungan seperti itu. terdapat beberapa lansia di dunia ini yang masih harus terus berjuang mencari nafkah untuk menghidupi dirinya. 

Para lansia ini punya beragam alasan mengapa mereka masih bekerja. Salah satu alasannya adalah masalah ekonomi, mencari kegiatan agar tidak bosan di rumah, ataupun karena hobi. Mbah Gito adalah contoh lansia yang masih terus berjuang untuk menghidupi diri dan keluargnya.

Warung Mbah Gito terletak di Jalan Margosari, tepatnya di depan Sekolah Franciscus Xaverius Marsudirini. Awalnya Warung Mbah gito hanya didirikan dengan kayu, rotan, dan terpal. Namun sejak tahun 2019, Pemerintah mendirikan Kios makanan untuk para Pedagang agar Jalan Margosari terlihat lebih rapih. 

Namun hal itu bukan kabar baik untuk Mbah Gito, kios tersebut terdapat biaya kontrak sebesar 2 juta rupiah pertahun dan juga terdapat biaya listrik dan air setiap bulannya. Namun tidak ada pilihan selain mengontrak, inilah hidup yang mereka jalani.

Sejak tahun 1982, warung tersebut telah menghidupi Mbah Gito sekeluarga, sehingga Mbah Gito berhasil menyekolahkan kelima anaknya. Mbah Gito tidak berjualan sendiri, ia ditemani anaknya yang terakhir bernama Mbah Sugeng. Mbah Sugeng sudah sering menemani Mbah Gito berjualan sedari ia kelas 3 SD. Tetapi Mbah Sugeng sudah rutin membantu berjualan sejak tahun 2000.

Warung Tumpang Mbah Gito terkenal dengan tahu tumpangnya yang sangat nikmat. Mbah Gito tidak memiliki banyak menu makanan karena Ia beralasan bahwa jika ia membuat menu lain seperti bandeng, ayam goreng, cah sayur dan lain-lain, menu tersebut hanya laris oleh 1 sampai 3 orang saja.

 Jadi ia hanya membuat tahu tumpeng saja. Namun Mbah Gito juga selalu menawarkan dengan telor goreng agar pelanggannya tidak bosan dengan tahu tumpang saja.

Selain tahu tumpang, mbah Gito juga menyediakan indomie, bermacam-maca kerupuk, seperti kerupuk aci, kerupuk kulit, emping, dan gendar. Minumannya juga bisa dibilang cukup banyak. Seperti teh, kopi, susu, dan berbagai macam minuman sachet lainnya. 

Harga yang diberi untuk 1 porsi nasi dengan tahu tumpeng hanyalah 6 ribu. Mbah Gito berkata kalau ia memberi harga murah karena yang membeli di warungnya adalah orang orang kecil, jadi Mbah Gito tidak ingin memberi harga yang tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun