Mohon tunggu...
Sahdat MS
Sahdat MS Mohon Tunggu... Guru - Suka Ngopi

Hidupku adalah Kesaksianku

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Peristiwa Pentakosta: Puncak Peradaban Akal dan Spiritual Yang Baru

29 Mei 2020   15:25 Diperbarui: 29 Mei 2020   15:51 3764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Hari Pentakosta merupakan bagian dari liturgi gereja, juga merupakan hari raya umat Kristiani yang memperingati peristiwa dicurahkannya Roh Kudus kepada para rasul di Yerusalem. Peristiwa ini sangat lengkap dicacatkan dalam Kitab Kisah Para Rasul, dan peristiwa ini dicatatkan terjadi setelah 50 hari Yesus bangkit dari antara orang mati, dan pencurahan Roh Kudus terjadi setelah sepuluh hari kenaikan Yesus ke surga. Dalam catatan para rasul, kisah ini menjadi salah satu kisah yang sangat indah yang dituliskan oleh Lukas. Bagaimana tidak? Apabila kita mencermati kisah ini, kita bisa melihat, bahwa murid-murid pada saat menerima Roh Kudus menjadi pusat perhatian banyak orang. Dijelaskan, bahwa peristiwa itu juga disaksikan oleh banyak bangsa, termasuk orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit. Semua menyaksikan keajaiban yang luar biasa yang terjadi pada saat itu. Dijelaskan juga, bahwa rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri. Dan semua takjub karena orang-orang yang mendengar saat itu paham apa yang dikatakan oleh para rasul. Di sisi lain, dari peristiwa yang terjadi itu, tak sedikit juga orang berprasangka buruk terhadap keajaiban yang terjadi itu. Bahkan, ada yang menyindir, bahwa mereka sedang mabuk anggur manis. Jadi dalam situasi itu, kita melihat, ada dua pandangan dari masyarakat atas kejadian itu, yaitu tercengang (terkejut) dan menyindir (mengejek). Namun, dari peristiwa Pentakosta ini, kita kembali diingatkan atas beberapa hal:


1.    Penggenapan Janji akan penyertaan Allah kepada umat-Nya
Sebelum Yesus di tangkap, tepatnya pada malam terakhir-Nya bersama murid-murid, Dia sudah menyatakan bahwa: "Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu”. (Yoh. 14:16-17). Tujuan dari pernyataan Yesus ini adalah untuk menghibur para umat Tuhan (Yoh. 14:26). Penghibur yang dimaksud oleh Yesus itulah Roh Kudus, yang mengajarkan para rasul akan segala sesuatu yang pernah dikatakan dan dilakukan oleh Yesus kepada murid-murid. Roh ini juga yang akan bersaksi tentang Kristus (Yoh. 15:26). Sesudah kebangiktan-Nya, Ia kembali mengulang apa yang dikatakan-Nya sebelum Ia mati dan bangkit (Luk. 24:49), bahkan sesaat sebelum Dia terangkat ke sorga, Dia mengulang janji itu lagi (Kis. 1:8).
Dari peristiwa ini, Kisah Para Rasul mencatat kembali, apa yang telah dikatakan oleh Yesus itu, bahwa hari Pentakosta menjadi hari dimana penggenapan janji tentang Roh Kudus sebagai penghibur dan Roh Kebenaran dinyatakan. Ini menjadi peristiwa pertama kali terjadi dalam Perjanjian baru, dimana Allah dengan kuasa-Nya menyatakan janji-Nya di hadapan Rasul-rasul dan bangsa-bangsa menyaksikan-Nya.


2.    Janji Kristus yang mencerahkan
Peristiwa penggenapan janji penyertaan Allah di dalam Perjanjian Baru membawa pencerahan yang baru bagi rasul-rasul. Pencerahan itu membuat mereka menjadi tidak gentar menghadapi isu-isu sosial yang menindas masyarakat, termasuk para rasul  pada saat itu. Pencerahan itu juga, membuat Petrus menjadi berani untuk berkata-kata. Hal ini dapat kita lihat dari rangkaian khotbahnya (Kisah Para Rasul 2:14-40). Khotbah yang ditulis dengan indah dan lugas ini, mengisyaratkan tentang  hari Tuhan. Bagaimana mungkin seorang seperti Petrus, yang  hanya seorang penjala ikan dapat berkata-kata demikian?.  Tak ada yang bisa menduga dan memprediksi hal itu dapat terjadi. Namun  rentetan peristiwa Pentakosta ini mengisyaratkan terjadinya perubahan pada diri seseorang ketika telah mendapat urapan Roh Kudus. Roh Kudus telah menuntun pada pencerahan, Dia mengajar dan bersaksi atas peristiwa yang sebenarnya. Itulah yang terjadi pada Petrus dan rasul lainnya.


3.    Awal dari kebangkitan ekklesia
Dari rangkaian peristiwa Pentakosta, dapat dilihat kemudian yang terjadi adalah: “Orang menerima perkataannya itu dan memberi diri di baptis......” . Sebagaimana yang disaksikan dalam Kisah Para Rasul pasal ke-II, sebuah permulaan baru dimulai sesaat setelah peristiwa turunnya Roh Kudus. Dengan lengkap Kisah para rasul mencatat, bahwa telah lahir komunitas baru, yaitu komunitas orang percaya, yang berkumpul memecah roti, berdoa, bersatu, dan berbagi. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing, dan Tuhan yang menambah jumlah mereka. Cara hidup yang seperti ini membuat jumlah mereka semakin bertambah karena mereka disukai banyak orang (hal ini juga dicatat dalam Kisah Para Rasul pasal II). Ini menjadi awal kebangkitan ekklesia yang kita pahami sekarang sebagai gereja. Kebangkitan ekklesia menjadi peradaban yang baru, sekaligus perdebatan di tengah-tengah kehidupan orang Yahudi dan non-Yahudi di Yerusalem. Para rasul tidak lagi membatasi persekutuan dengan Allah, baik di rumah maupun di Bait Allah mereka senantiasa melakukan tradisi ibadah, berdoa, memecahkan roti, berbagi dan makan bersama sebagai model hidup yang baru tanpa dibatasi oleh apapun.

Demikianlah rangkaian peristiwa pentakosta yang di rayakan hari ini, bertepatan dengan maraknya isu-isu kebijakan New Normal yang sedang bergema di pelosok nusantara. Peristiwa Pentakosta menjadi sangat relevan untuk mempersiapkan diri dalam memperbaharui seluruh aspek kehidupan. Bukan saja sebatas memperketat penjagaan diri dan mematuhi protokoler kesehatan, tetapi dalam aspek spiritual juga perlu diperlengkapi. Itulah sebabnya, Peristiwa Pentakosta, menjadi penting untuk menemukan model kehidupan iman yang baru. Tentu, isu New Normal sepertinya menjadi isu yang baru, padahal sebenarnya tidak ada yang baru dalam isu new normal, sebab sebelumnya kita juga sudah masuk pada fase kehidupan baru, dimana kita dianjurkan untuk di rumah saja, menjaga jarak, mematuhi protokoler kesehatan, menjaga diri dan menghindari keramaian. Semua itu hanya butuh kedisiplinan diri, dan umat Kristen selaku orang percaya, adalah komunitas yang sangat menjunjung tinggi disiplin. Jadi tidak ada yang baru dalam hal ini.

Namun yang ingin di tekankan dari peristiwa ini adalah, menghidupi peristiwa Pentakosta menjadi sebuah model kehidupan beriman yang baru, untuk menjaga peradaban tetap berlangsung sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Tuhan. Pengalaman iman para rasul ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari peristiwa kehidupan kita saat ini. Dalam beberapa catatan Injil kita menemukan, bahwa apa yang kita kerjakan dan lakukan saat ini masih sangat relevan dengan kesaksian Injil dan pengalaman para rasul. Mulai dari ibadah di rumah, saling mendoakan, berbagi, saling menopang dan saling memerhatikan. Peristiwa Pentakosta ini juga mengisyaratkan kepada kita untuk tetap hidup di dalam iman yang benar, agar kita dapat mengalami penggenapan janji Allah dalam hidup kita. Roh Kudus yang dicurahkan bagi orang percaya telah membawa dampak bagi peradaban. Lahirnya komunitas orang percaya, keberanian untuk menyatakan kebenaran, menjadi penghibur dalam situasi penderitaan, merawat dan memelihara kehidupan adalah bagian dari cita-cita Pentakosta. Bukti dari kehidupan yang baru bukanlah hanya pada tatanan fisik saja, tapi juga mencakup pembaharuan akal dan spiritual agar keselamatan dapat dinyatakan dalam kehidupan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun