Mohon tunggu...
Samuel Ordo Fransiskan
Samuel Ordo Fransiskan Mohon Tunggu... Jurnalis - Samuel

Asal Sekura Kalimantan Barat, Keuskupan Agung Pontianak. Sekarang Profesi sebagai Jurnalis di Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Agung Pontianak di Portal berita MajalahDuta.Com, dan PenaKatolik Nasional. Ia juga sudah menerbitkan 6 buku ber-ISBN.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Indra dan Pengetahuan

27 Juni 2020   15:08 Diperbarui: 27 Juni 2020   15:06 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hallo saudara-saudari pembaca yang baik hati dan budiman. Ketika anda memutuskan untuk membaca naskah ini, artinya anda masuk dalam pintu pemikiran saya. 

Disini saya mau mengajak anda sekalian untuk bertanya, sebenarnya pengetahuan itu apa sih?  Bagaimana cara kita mengetahui sesuatu secara lengkap dan mendalam?

Ingin tahu merupakan perasaan penasaran dengan segala sesuatu dan hal ini adalah awal dari pengetahuan. 

Dalam benak manusia pasti memiliki pertanyaan tentang apa yang dihadapinya, masalah apa yang ia alami, apa yang ia rasakan, dan semua hal yang ditangkapnya dengan indra-indra manusia.

Uskup Berkeley pernah mempertanyakan:

  • Apakah sesungguhnya dunia tempat kita hidup ini?
  • Apakah sebenarnya dunia yang dapat kita lihat dan amati dengan cara "tinggal membuka mata" saja ini?

Untuk menjawab pertanyaan yang sederhana seperti itu, orang rupanya harus mengerahkan segenap pengetahuan yang dimiliki: diawali dengan perbuatan membuka mata dan melihat diteruskan dengan mendayagunakan akal pikiran untuk menemukan kesimpulan dan jawaban, kemudia sekali lagi membuka mata (dan telinga barangkali) untuk menguji kesimpulan ide-ide.

Dalam konteks ini, yang mau disampaikan dari pertanyaan Uskup Berkeley ini yaitu pengetahuan sebenarnya dimulai dari indra manusia. 

panca Indra manusia ini berfungsi sebagai sensor pembuka dari ilmu pengetahuan. Semakin banyak tahu akan sesuatu, maka semakin banyak hal yan kita batasi. 

Contoh sederhana, kalau saya tahu mencuri itu tidak dibenarkan ditengah masyarakat yang bermoral, maka saya tidak melakukannya. 

Saya sependapat dengan saudara saya seorang Filsuf muda Trio Kurniawan,  Dosen di STKIP Pamane Talino Ngabang, ia mengatakan bahwa; "Kadang pengetahuan adalah kutukan." Ia menegaskan, semakin banyak yang kita tahu, maka semakin banyak juga kita membatasi diri. 

Namun, tentu ada sisi positifnya, semakin banyak tahu maka semakin hati-hati juga dalam melangkah. 

Dengan ini, saya yakin setiap insan yang sudah mengalami lebih banyak dan melakukan lebih banyak maka akan lebih banyak tahu. 

Catatan; Semz, Kamis, 25 Juni 2020 ( Warung Kopi Desa Kapur, Pontianak)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun