Mohon tunggu...
Asyana Eka Putri
Asyana Eka Putri Mohon Tunggu... Lainnya - scholasticaasyana@gmail.com

I analyze data and give strategic insights to help business entities grow and make huge impact. Passionate about inclusive technology for greater good.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Fitri Nganthi Wani: Masih Ada Masa Depan

29 Mei 2017   09:44 Diperbarui: 29 Mei 2017   09:57 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pekan ini dunia memperingati International Week of the Disappeared alias Pekan Internasional Anti Penghilangan Paksa. Merupakan momentum yang tepat untuk memutar kembali ingatan akan mereka yang masih tak jelas nasib dan rimbanya, serta perjuangan keluarga dan kawan-kawan pembela kemanusiaan yang tak pernah lelah mencari kebenaran. Salah satu sosok yang hingga kini masih dipertanyakan keberadaannya adalah seniman Widji Thukul, disinyalir akibat puisi-puisinya yang dinilai terlampau lantang menentang rezim Orde Baru. Memperoleh penghargaan Yap Thiam Hien Award pada 2002, Widji dianggap publik sebagai simbol perjuangan dan perlawanan rakyat atas kesewenang-wenangan. Nama dan karyanya terus digaungkan para aktivis untuk membakar semangat kemanusiaan, namun memang perjuangan Widji harus dibayar mahal, termasuk oleh kerinduan anggota keluarga yang ia tinggalkan. Meski begitu, menyadari hidup harus terus berjalan, mereka kini mulai belajar menerima keadaan sembari terus merawat ingatan.

 “Saya pelan-pelan mempelajari ilmu ikhlas”, tutur Fitri Nganthi Wani, putri pertama Widji Thukul, ketika diwawancarai awal April lalu. Tak banyak yang mengetahui, selain menuruni bakat Sang Ayah di bidang seni dan aktif menulis sejumlah puisi, Fitri juga memiliki ketertarikan di bidang kosmetik. Beberapa tahun terakhir, ia sibuk mengibarkan merek produk kecantikan alami, Bubacaca, yang ditekuninya secara otodidak, pun diproduksi secara rumahan. Usaha ini diawali dari ketidakcocokan Fitri dengan produk-produk kecantikan yang dijual bebas di pasaran, bahkan salah memilih lipstik bisa membuatnya terjangkit batuk dan pilek. “Ternyata saya punya kelainan hormonal, fybromyalgia. Salah satu pemicunya adalah kandungan merkuri pada produk kosmetik abal-abal. Padahal saya waktu itu cuma nyobain aja, eh nyeselnya seumur hidup”, ujarnya. Sebagai seorang fybro warrior, tubuh Fitri tak bisa memproduksi hormon endorfin sesempurna tubuh orang lain, “Selain merkuri, saya baca-baca juga, pemicu lainnya adalah kekerasan yang terus menerus dialami di masa lalu”.

Semenjak itu, Fitri mulai berburu produk-produk kecantikan alami untuk meminimalisir timbulnya reaksi fybromyalgia tersebut dalam tubuh. Hingga pada 2014, ia berkunjung ke Belanda dan berkesempatan untuk mampir ke salah satu konter merek produk kosmetik ramah lingkungan. Fitri mengaku, “Merek itu sangat menginspirasi saya, saya jatuh cinta dengan segala konsepnya. Ada rasa ingin tahu juga kenapa produk semahal itu peminatnya banyak, hahaha. Akhirnya saya mulai belajar otodidak, tujuannya agar bisa jadi alternatif buat yang suka produk handmade tapi ingin harga yang lebih bersahabat”.

Fitri memang memiliki perhatian khusus terhadap kesehatan perempuan masa kini, selain memang karena kelainan hormonal yang ia miliki dan perannya sebagai seorang ibu dari satu putri. Merek yang ia usung kini pun bertujuan untuk menjadi salah satu pilihan bagi kaum hawa yang telah menyadari dampak buruk bahan kosmetik beracun dan tak ramah lingkungan. Pemahaman cruelty free, non-toxic, SLS free, palm oil free, dan eco-friendly seringkali diselipkan pada deskripsi produk.

Ketika keberaniannya untuk memulai hal baru di dunia kosmetik ini diapresiasi, Fitri mengaku bahwa ia memang benar-benar menjadi manusia yang “baru” setelah melahirkan buah hatinya. “Sebagai seorang anak, memang pengen bisa bikin Ibu bangga, apalagi kondisi Ibu tidak sama dengan ibu-ibu yang lain. Namun jauh lebih dalam, anak sayalah yang mengajarkan untuk selalu semangat melangkah, fokus menatap masa depan. Karena sepahit apapun hidup saya di masa lalu, masih ada hari ini dan seterusnya”, tutur Fitri. Anak semata wayang Fitri, Savalia Ratu Anjani, dianggapnya sebagai miracle dalam keluarga Widji Thukul, termasuk memberi dampak positif terhadap psikis istri Widji Thukul, Sipon, yang mengidap gangguan mental genetik, bipolar disorder.

Menutup perbincangan, Fitri berharap kelak dapat membuka kelas pelatihan bagi mereka yang memiliki minat sama di bidang kosmetik alami, sambil terus memaknai nama pemberian Sang Bapak dalam hidupnya sehari-hari.

“Saya ingin menunjukkan pada Ibu dan dunia, bahwa tanpa Bapak pun saya masih bisa berani bersikap benar dengan cara saya sendiri, berkat perjuangan keras Ibu selama membesarkan saya”.

16938615-1451160991602412-7308909395839159646-n-592b8aa49597731007e0df8f.jpg
16938615-1451160991602412-7308909395839159646-n-592b8aa49597731007e0df8f.jpg
17022129-1448117238573454-2727131014255756924-n-592b8ab6557b614a63f77f2e.jpg
17022129-1448117238573454-2727131014255756924-n-592b8ab6557b614a63f77f2e.jpg
17155789-1454894091229102-6893610676952063335-n-592b8ac6959773dc0be0df8d.jpg
17155789-1454894091229102-6893610676952063335-n-592b8ac6959773dc0be0df8d.jpg
18222307-1511348215583689-4575438054288529814-n-592b8addd77a612c048b4567.jpg
18222307-1511348215583689-4575438054288529814-n-592b8addd77a612c048b4567.jpg

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun