Pada hari ini hoax banyak dibicarakan dan dipersoalkan dan hari-hari  selanjutnya tetap akan dipermasalahkan.  Secara umum dan sederhana hoax dipahami sebagai informasi bohong atau palsu yang disebarkan seolah-olah benar dari sumber yang tidak jelas.  Ada kata kunci "bohong", "seolah-olah benar", dan 'sumber yang tidak jelas".  Mari kita analisis definisi hoaks ini secara sistematis.
Kamus Bahasa Indonesia mengartikan bohong: tidak sesuai dengan hal (keadaan dan sebagainya) yang sebenarnya.  Sedangkan  benar: sesuai sebagaimana adanya (seharusnya).
Adakah kebohongan yang disampaikan tidak "seolah-olah benar"? Tidak, karena setiap kebohongan harus disampaikan "seolah-olah benar" karena itu adalah esensi kebohongan.
Hal ini sama analoginya dengan seorang penduduk kampung A menyatakan; "semua orang kampung A adalah pembohong". Jika pernyataan dia benar maka dia  termasuk pembohong (dia orang kampung A), jika dia pembohong berarti pernyataannya itu benar, demikian seterusnya.
Dari sini dapat disimpulkan bawa logika formal tidak dapat mendefinisikan "kebohongan yang disampaikan  seolah-olah benar".
Selanjutnya, kata  'seolah-olah benar"  menggambarkan ada kebenaran yang dipalsukan. Apakah kebenaran yang dipalsukan itu ada? Bagaimana menilai kebenaran tersebut adalah palsu atau kebenaran sejati?  Jawaban-jawaban pertanyaan tersebut mulai menjadi tidak sederhana, semua jawaban akan dapat diperdebatan.
Pengertian "Sumber yang tidak jelas" sifatnya sangat subjektif. Setiap informasi pasti ada sumbernya, kemampuan untuk mengetahui dari mana sumber informasi adalah tergantung Subjek yang ingin mengetahuinya.
Dapat disimpulkan,, bahwa secara logika formal hoax tidak dapat didefinisikan atau hoax tidak dapat ditentukan hoax atau bukan hoax.
Secara filosofis, makna hoax adalah adanya kesadaran dan pikiran sesorang untuk mempengaruhi kesadaran dan pikiran orang lain. Proses mempengaruhi kesadaran dan pikiran orang lain memerlukan objek. Objek tersebut bisa ada bisa tidak. Bila objek tersebut disadari dan dipikirkan ada, Â meskipun hakekatnya tidak ada, maka itu diterima sebagai kebenaran. Demikian sebaliknya, bila objek tersebut hakekatnya ada tapi disadari dan dipikirkan tidak ada, maka diterima sebagai kebohongan. Â Dengan demikian, sesungguhnya kebenaran atau kebohongan ada dalam pikiran dan kesadaran manusia. Analoginya sama dengan keberadaan hantu, Â hantu itu ada karena ada didalam kesadaran dan pemikiran manusia, bila didalam kesadaran dan pemikiran tidak ada hantu, maka tidak ada hantu.
Peradaban manusia adalah Kehendak untuk berkuasa, kesadaran dan pikiran sesorang untuk mempengaruhi kesadaran dan pikiran orang lain adalah hakekat Kehendak manusia untuk berkuasa. Hoax sebagaimana dimaknai diatas,  sudah ada sejak awal peradaban hingga detik ini, dan terus ada hingga akhir peradaban manusia, hanya beda teknolginya,  sekarang teknologi informasi digital. Menangkal hoax dengan filsafat!