Mohon tunggu...
Sayyidatul huraa
Sayyidatul huraa Mohon Tunggu... Lainnya - ummu Ahmad

kesuksesan 99% diraih dari kerja keras,,, dan 1 % diperoleh dari kejeniusan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Karena Dia

1 Desember 2020   22:22 Diperbarui: 1 Desember 2020   22:31 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"masih mau kuajarkan bagaimana cara toleransi, apakah anda masih mau kuajarkan bagaimana menghargai wanita, seharusnya anda malu dengan diri sendiri, laki,,usil,, apakah kau terlahir dari pohon pisang, ibumu pasti sangat merasa sangat malu kalau beliau tau anaknya berani kasar dengan wanita seperti ini, dan ayahmu juga pasti sangat merasa malu jika anak laki-lakinya babak belur dihajar wanita. Assalamu alaikum".ujar gadis bercadar itu sembari pergi meninggalkanku.

"kurang ajar... awas kau ya."gumamku sambil menahan sakit, yang teramat dalam , hatiku geram dan sakit tetapi aku berusaha untuk meredamnya. Aduh alangkah malangnya aku, bila kejadian ini ada yang melihatnya, dimana kusembunyikan wajahku , aku sangat malu sekali.

Karena sakit hati dan dendam , aku mulai menyusun rencana buruk padanya, aku  bertekad usahaku kali ini harus berhasil,gadis tak jelas seperti dia harus di kasih pelajaran. Akhirnya beberapa hari aku pulih dari babak belurku itu, aku mulai menyusun rencana untuk memberinya pelajaran, kali ini niatku bukan hanya untuk menyusilinya ,namun lebih daripada itu, aku ingin mencelakainya , aku akan menabraknya dengan motorku, itulah niatku kala itu. 

Hingga suatu sore di jam yang sama, dimana aku tau gadis itu akan lewat ditempat yang sama, kali ini aku bertekad harus berhasil, aku tidak berfikir resiko hukum yang akan aku terima setelahnya, akhirnya gadis itu tiba-tiba datang juga, ia melewati jalan itu dengan tenangnya dan aku bersembunyi disamping perempatan jalan yang sering ia lewati. Ketika gadis itu melewati jalan sepi yang biasa ia lewati , aku mulai menstatar motorku  dan mulai mengendarainya sangat kencang, niatku ingin menabraknya dari arah belakang , tapi karena aku tidak bisa menyembunyikan suara motorku yang memeng berkenalpot ressing, akhirnya gadis bercadar itu menyadari bahwa ada motor yang melaju itu , motor yang ingin mencelakainya. 

Begitu motorku sudah sangat dekat dengan dirinya, gadis itu melompat dengan gesitnya ke tepi jalan dan menghantamku dengan tas hitam yang ada di genggamannya, tas hitam itu menghantam punggungku dengan kerasnya hingga aku kehilangan keseimbangan, motorku jatuh dan meleset ke jalan raya yang tidak beraspal itu hingga beberapa meter jalannya dan aku tidak tau lagi apa yang terjadi setelahnya, aku hanya mendengar sayup-sayup dibawaah alam sadarku suara seorang wanita minta tolong dan setelahnya aku tidak ingat apa-apa lagi.

Entah berapa lamanya aku dirawat di rumah sakit, yang aku dengar dari orang tuaku bahwa tidak sadarkan diri selama 10 jam, entah siapa yang membawaku ke rumah sakit kala itu. Aku berusaha mengingat kejadian kala itu, dan aku berhasil mengigatnya. Ya tuhan , ampunilah aku, aku sudah dzalim terhadap wanita yang tidak bersalah kepadaku selama ini. 

Aku telah begitu berdosa telah mengakiti perempuan hanya karena ketidaksukaanku terhadap hijab, beri aku kesempatan untuk menemuinya ya tuhan, aku ingin meminta maaf dengannya, aku ingin merubah sifat kasarku, aku janji ya tuhan beri aku kesempatan untuk bertemu dengannya, ujarku dalam gumam yang amat kurasakan begitu perih, merasa sangat bersalah terhadap wanita yang berusaha menjadi baik daripada wanita-wanita pada umumnya. 

Ya...aku malah menebar kebencian terhadapnya. Selama di rumah sakit itu hatiku sangat merasa gelisah dan bersalah ingin sekali aku menemui gadis bercadar itu walau hanya untuk meminta maaf terhadapnya karena selama ini aku selalu banyak mengganggu kehidupannya, hingga beberapa hari aku di rumah sakit, aku dikagetkan dengan sosok bercadar yang masuk ke ruanganku dimana aku dirawat, aku  kaget sekali, namun kali ini wanita bercadar itu ditemani laki-laki yang sangat aku kenal, pak Hamid tetangga baru yang tinggal selorong denganku, kedua wanita bercadar itu tentu anak dan istri pak Hamid, awalnya jantungku berdenyut kencang sekali karena menyangka salah satu dari mereka adalah gadis yang sering aku dzolimi.

"Bagaimana keadaanmu nak Robi? " tanya pak Hamid padaku

"hm...udah agak baikan pak, tapi bagian tulang pungggungku dan tangan kananku masih sangat sakit, mungkin karena benturan",jawabku dengan sangat canggung karena ada dua wanita bercadar didekat pak Hamid, apakah salah satu dari mereka adalah gadis itu?

"Alhamdulillah kalau begitu kami senang mendengarnya, semula saya nggak tahu lo kalau nak Robi kecelakaan, nak Hamidah yang cerita, katanya nak Robi jatuh dari motor dijalan raya yang deket dengan kampung, karena Hamidah setiap hari melewati jalan itu dan dia jualan di kampung sebelah dan setelahnya Hamidah nyambung aktivitas lainnya yaitu mengajar TPA di kampung itu juga, jadinya setiap sore dia melewati jalan yang nak Robi lewati juga, bapak hanya mengantarnya setiap pagi dan sorenya dia pulang sendiri karena bapak baru pulang kerja setelah isya, bapak sudah sarankan dia untuk naik bentor tapi dianya nggak mau, katanya biar lebih hemat dan jalan kaki itu sehat". Ujar pak Hamid menjelaskan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun