Mohon tunggu...
Sayyidati Hajar
Sayyidati Hajar Mohon Tunggu... Penulis - Perempuan Timor

Perempuan Timor | Traveller Kampung | Teater | Short Story | Short Movie | Suka Budaya NTT | pos-el: sayyidati.hajar@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Harapan Ramadan Tahun Ini, Bapak Lekas Sembuh Ya

6 Mei 2019   22:31 Diperbarui: 6 Mei 2019   23:09 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Idul Fitri 1439 H (Bapak-Mama dan cucu-cucunya)

"Telah datang pada kalian bulan ramadhan, bulan Ramadhan bulan yang diberkahi, Allah telah mewajibkan atas kalian untuk berpuasa di dalamnya. Pada bulan itu, dibukakan pintu-pintu surga dan ditutup pintu neraka...(HR.Ahamad)

Marhaban ya ramadhan. Kebahagiaan menyambut bulan suci ramadan seperti angin segar yang terus bertiup memberi kesejukan dalam hati umat muslim. Ramadan kembali menjumpai hamba-hamba yang masih diberi kesempatan oleh Allah untuk beribadah kepada-Nya.

Sebagai  hamba Allah, ramadan harus disambut dengan suka cita. Seperti apapun keadaan kita. Sakit, sehat, kaya miskin, tua,muda, sedih, senang, galau, patah hati, tetap sambut ramadan dengan bahagia ya?!  Bukankah orang-orang yang bahagia akan hadirnya bulan ramadan adalah orang-orang yang bersyukur?

Sore itu bapak menelpon beberapa kali. Tak sempat saya terima, sebab ujian proposal di kampus cukup padat. Setelah pulang, saya tak sempat menelpon kembali. Esok pagi-pagi, saya sudah harus berada di kampus untuk melanjutkan ujian proposal. Perihal telpon dari bapak yang tak sempat kujawab lenyap begitu saja dari ingatan. Siang harinya mama yang menelpon. Tak terjawab lagi. Namun beberapa saat setelah jam istirahat, saya menelpon kembali.

"Bapak sakit, sudah satu minggu," suara mama cemas.

Bila mama sudah cemas, saya pasti akan lebih cemas lagi. Pasalnya, mama perempuan paling tangguh yang pernah ada dalam hidup saya. Bila bapak sakit, mama biasanya jarang memberitahu kami. Banyak ramuan tradisional yang selalu digunakan mama. Tentu saja, juga ikhtiar pergi ke dokter. Nah, kali ini nada bicara mama terdengar cemas dan bergetar. Itu artinya, mama sudah berusaha mengobati bapak, namun tak kuat sendirian.

"Iya Ma. Nene pulang," kuputuskan mengeluarkan kalimat untuk pulang.

Pukul 14.00 saya beranjak dari Kupang, membelah jalan raya yang menghubungkan Indonesia-Timor Leste.  Tujuan saya adalah Niki-Niki, 136 kilo meter dari kota Kupang. Normalnya, Kupang-Niki-Niki dapat ditempuh dalam waktu 3 jam dengan sepeda motor. Namun saya belum terlalu lincah mengemudi motor jarak jauh. Alhasil, waktu yang saya gunakan di jalan membengkak. Empat jam perjalanan. Saya butuh waktu berhenti di beberapa titik sekadar untuk merenggangkan badan dan minum air.

Ayam peliharaan mama berebut naik ke pohon kusambi. Sapi paron di samping rumah samar-samar terdengar mengunyah rumput. Mama mejawab salam ketika saya datang. Bapak meringkuk di lantai. Demamnya tak turun-turun meski sudah minum obat dokter. Giginya semakin nyut-nyutan. Kepalanya seperti ditikam. Suara rintihannya membuatku sesak napas.

Seminggu sejak kedatangan saya, bapak masih demam tinggi. Giginya sudah tak sakit, namun kepalanya seperti akan pecah. Sakitnya menukik hingga ke syraf. Bapak mulai merintih kesakitan. Kami memutuskan pergi ke dokter praktik. Bapak sempat disuntik dan diberi obat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun