Mohon tunggu...
Sayyidati Hajar
Sayyidati Hajar Mohon Tunggu... Penulis - Perempuan Timor

Perempuan Timor | Traveller Kampung | Teater | Short Story | Short Movie | Suka Budaya NTT | pos-el: sayyidati.hajar@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Orang Timor Malu Berbahasa Dawan di Tanah Rantau, Mengapa?

8 Januari 2019   21:10 Diperbarui: 22 Januari 2019   11:11 1201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: thequintessentialmind.com

Bahasa Jawa sudah sefamiliar bahasa Indonesia? Benar, telinga orang di desa yang paling gunung sakalipun pasti pernah mendengar bahasa Jawa. Minimal yang dituturkan mas-mbak pedagang di pasar-pasar setiap hari.

Kampung saya di desa Falas, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS)-NTT. Sejak kecil bahasa Dawan dialek Amanuban menjadi bahasa ibu saya. Bahasa kedua tentulah bahasa Indonesia yang ditutukan keluarga di rumah maupun karena tuntutan sekolah.

Dulu  etika pertama masuk sekolah, ada dua hal yang sangat dilarang oleh guru. Pertama, makan sirih pinang. Kedua, bicara bahasa daerah di sekolah. Ketika bertemu guru harus dalam keadaan terbaik. Bila satu saja dilanggar tentu akan mendapat hukuman menghafal pancasila di depan kelas dengan posisi berdiri satu kaki.

Awal Mengenal Bahasa Jawa

Waktu masih kecil kadang saya alpa dari sekolah hanya untuk ikut mama ke pasar. Saya biasa menemukan mas-mbak pedagang di pasar Boibalan bicara dengan bahasa yang tak saya ketahui. Pasar Boibalan sering disebut sob neon tenu yang berarti pasar hari rabu. Pasar Boibalan berada di Niki-Niki, tepat di pinggir jalan utama Kupang-Timor Leste. Di Pasar itulah saya menyimak bahasa aneh itu. Ya,  aneh karena itu bukan bahasa Dawan, juga bukan bahasa Indonesia. Bahasa itu asing di telinga. Mama lah yang menjelaskan kalau mereka mas-mba dari pulau Jawa, jadi mereka berbahasa Jawa. 

Sebenarnya bukan hanya orang Jawa yang banyak ditemui di pasar Boibalan. Banyak pula orang Bugis dan beberapa orang Padang. Tapi yang menjadi fokus bahasanya hanya orang Jawa.  Kenapa? Karena saya salut dengan rasa percaya diri orang Jawa  dalam berbahasa.  

Awalnya saya pikir orang Jawa rajin bicara bahasa Jawa hanya untuk mengobati rasa rindu akan kampung halaman. Tapi setelah saya merantau ke pulau Jawa, saya menemukan fakta bahwa orang Jawa di manapun berada bila sudah bertemu sesama orang Jawa pasti akan berbahasa Jawa. Heran? Tidak.

Sekali lagi saya hanya salut karena tak dapat melakukan hal serupa. Sekalipun jauh dari pulau Timor ketika berjumpa sesama orang Timor yang jelas bahasanya sama-sama Dawan, tetap jarang sekali langsung alih bahasa ke bahasa Dawan.

Alasan Orang Timor Jarang Berbahasa Dawan di Tanah Rantau

Sebenarnya apa alasan saya tidak langsung berbahasa Dawan saat bertemu sesama orang Timor? Pertama-tama dan paling utama adalah karena saya merasa tak enak hati melakukan alih kode. Biasanya karena banyak teman lain yang bukan orang Timor di dekat kami. Orang Timor sangat menjaga perasaan orang lain. 

Kedua, karena sungkan belum mengenal orang langsung langsung sok akrab dengan bahasa Dawan. Sumpah, orang Timor jarang terihat SKSD. Langsung berbahasa Dawan dengan lawan bicara hanya saya lakukan pada orang yang betul-betul dikenal.

Ketiga, bahasa Dawan tidak seperti bahasa Jawa yang digunakan atau dikenal seluruh lapisan masyarakat bersuku Jawa. Nah, ini penting karena bahasa Dawan pun masih terbagi lagi dalam beberapa dialek. Misalnya dialek Amanuban, Amanatun, Mollo dan berbagai dialek lain. Terkadang bahasa yang halus  dalam dialek  Amanatun  tidak berarti halus bagi orang Amanuban. Belum lagi perbedaan kata-kata juga kesantunan berbahasa masing-masing daerah.  

Keempat, Trauma. Sering juga bertemu sesama orang Timor yang tak mau berbahasa Dawan. Malu ketika sudah diajak berbahasa Dawan lalu lawan bicaranya mengaku tak bisa bahasa Dawan. Padahal kita tahu persis dia baru beberapa tahu merantau. Ya,  kadang ada juga orang yang sombong seperti itu.  

Itulah mengapa jarang kita jumpai orang Timor dengan percaya diri berbicara bahasa Dawan di tanah rantau. 

Pentingnya Melestarikan Bahasa Daerah (Dawan) 

Bahasa Dawan merupakan salah satu bahasa daerah di Nusa Tenggara Timur (NTT). Bahasa Dawan digunakan orang Timor (atoin meto) sebagai bahasa komunikasi sehari-hari. Seperti bahasa Daerah pada umumnya, bahasa Dawan tetap harus dilestarikan penuturnya agar tidak punah. 

Data dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa)  yang disampaikan kepala Prof. Dadang Sunendar selaku kepala Badan Bahasa menunjukan bahwa terdapat 652 bahasa daerah dari 2.452 daerah pengamatan. Tentu saja kita tidak menafikan kekayaan bahasa daerah di Indonesia yang menduduki posisi terbanyak ke dua di dunia.  

Sayangnya, banyaknya bahasa daerah yang kita miliki tidak bisa dijamin penuturnya. Beberapa bahasa daerah mulai terancam punah dan malah ada yang telah punah. 

Beberapa bahasa daerah di Indonesia Timur, seperti NTT, Maluku, dan Papua sudah kritis karena kurang penuturnya. Sebagai orang Timor, kita patut berbangga hati karena bahasa Dawan masih memiliki banyak penutur dan tidak termasuk dalam daftar bahasa daerah yang kritis. Keberhasilan masyarakat Timor mewariskan bahasa Dawan kepada anak cucu patut diacungi jempol. Namun, sebagai anak muda pewaris bahasa Dawan juga harus berperan aktif dalam melestarikan bahasa Dawan. 

Sederhananya, gunakan bahasa Dawan untuk berkomunikasi selama itu tidak menganggu proses komunikasi. Kita harus percaya diri menjadi pewaris bahasa Dawan. Ya, seperti ungkapan kata-kata bijak, kalau bukan kita,  siapa lagi? Kalau bukan sekarang kapan lagi? 

Kupang, 08 Januari 2019

Salam,
Sayyidati Hajar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun