Mohon tunggu...
Sayyidah Ilman Nisa
Sayyidah Ilman Nisa Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

If there is a will, there is a way

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sosok Malaikat Tanpa Sayap dan Ksatria Tanpa Kuda

20 November 2021   23:59 Diperbarui: 21 November 2021   00:16 2293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

"Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik"  (Al-Isra' : 23) (Lufaefi, 2020)

Pada dasarnya orang tua merupakan anugerah terindah bagi setiap anak. Tempat di mana merupakan sosok yang sangat istimewa yang diberikan oleh Allah pada setiap diri manusia, kasih sayangnya, keikhlasannya, kerja keras, serta jerih payah dan tenaganya selalu dicurahkan kepada anak-anaknya. Jika Ibu laksana sosok malaikat tanpa sayap, maka ayah laksana ksatria tanpa kuda. 

Dua insan yang dikirimkan oleh Allah SWT untuk menjaga titipan-Nya, yaitu sang buah hati. Orang tua memiliki peran penting dalam pembentukan karakter anak sejak usia dini. Dari orang tualah, karakter serta kepribadian seorang anak di mulai. Maka untuk membangun sebuah benteng aqidah yang kuat, orang tua memainkan peran basic yang sangat signifikan dalam membangun generasi ummat yang tangguh dan menciptakan pribadi yang berakhlakul-karimah serta menjadi teladan bagi anak-anaknya. 

Ayat tersebut menginterpresikan bahwa sebagai anak kita harus berbakti kepada orang tua yang tiada tara kasih sayangnya. Karena Pendidikan pertama bagi seorang anak didapatkan dalam keluarga yang menjadi nilai utama dalam membangun jati dirinya (Peran Orang Tua, 2020). Begitulah sejatinya Al-Qur'an dengan pentauhidan-Nya yang merupakan kewajiban dan hak seorang anak, bahkan muslim yang wajib dilaksanakan untuk berbakti kepada orang tua. Orang tua yang telah membesarkan dan memelihara kita dengan merawat agar kita bisa hidup secara berkelanjutan, melindungi bahkan menjamin Kesehatan kita secara ruuhan wa jasadan. Mendidik kita dengan berbagai macam ilmu pengetahuan sehingga yang jadinya kita tidak mengetahui sesuatu, menjadi mengerti dan paham.          

Berbicara mengenai sosok malaikat tanpa sayap yang di ciri khaskan dengan dengan seorang wanita yang telah mengandung kita selama sembilan bulan, membawa kita kemanapun dia pergi, bahkan melahirkan, menyusui dan merawat kita hingga dewasa yaitu Ibu yang sangat penting dan berharga bagi kita. Betapa besar jasa seorang Ibu bagi setiap anak. Ibu adalah pendidik bangsa. 

Jika kita berfikir secara komprehensif, seorang pemimpin ummat, bangsa, bahkan negara tidak akan lahir tanpa adanya sosok wanita yang telah berjuang dan mendidiknya sebaik mungkin. Karena di balik kesukesan seseorang, terdapat wanita sholihah yang menjadi support system. Petuahnya, didikannya selalu terngiang dalam sanubari yang selalu kita jadikan teladan dalam kehidupan. 

Nyatalah betapa berat tugas seorang ibu sebagai pendidik dan pengatur rumah tangga. Baik buruknya pendidikan ibu terhadap anaknya akan berpengaruh besar terhadap perkembangan dan watak anaknya di kemudian hari. Begitulan peran dan fungsi sosok malaikat sayap yang selalu menjadi pengawal dalam setiap hal. Bahkan di lansir dari (Triono, 2014) yang menulis bahwa kita harus mendahulukan Ibu daripada Ayah. Seorang laki-laki pernah bertanya kepada Rasulullah: "Siapa yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik dariku?" Beliau menjawab: "Ibumu." 

Laki-laki itu bertanya lagi: "Kemudian siapa lagi?" Beliau kembali menjawab: "Ibumu." Laki-laki itu kembali bertanya: "Kemudian siapa lagi? Beliau menjawab: "Ibumu." "Lalu siapa lagi?" tanyanya. "Ayahmu." Jawab beliau. Maksud lebih mendahulukan berbuat baik kepada Ibu yaitu lebih bersikap lemah lembut, lebih berperilaku baik dan memberikan sikap yang lebih halus daripada ayah.

Adapun ksatria tanpa kuda yaitu sosok seorang ayah yang merupakan kepala keluarga dan telah berusaha keras dengan tekad dan upaya untuk membahagiakan keluarganya. Ksatria tanpa kuda yang tidak pernah berkeluh kesah untuk menafkahi keluarga. Rintihan air mata, deraian keringat bahkan harus terluka bukan menjadi penghalang bagi seorang kepala kelurga untuk tetap berjuang. 

Sosok kuat, Tangguh, dan pantang menyerah yang rela pulang ralut malam, bekerja untuk memnuhi kebutuhan hidup istri dan anaknya, yang rela berusha mencari dokter ketika kita sakit walaupun hujan menerpa, yang selalu mengingatkan kita untuk taat dalam beribadah, yang selalu mendoakan kita dalam setiap sujudnya, serta ayahlah yang merupakan cinta pertama bagi seorang anak perempuannya  dan saat kita menikah kelak, ayahlah orang yang paling tak rela kehilangan. Jika kita melihat ayah kita cuek, sesungguhnya karena ayah tidak ingin terlihat lemah oleh anaknya (Jika Ibu Adalah Malaikat Tanpa Sayap, Maka Ayah Adalah Ksatria Tanpa Kuda, 2018).

Oleh karena itu, marilah kita menyeru kepada kebaikan untuk berbakti kepada kedua orang tua kita. Selagi ada kesempatan, banggakanlah mereka, ukirlah senyuman indah di hadapan orang tua kita. Hargailah, cintailah, sayangilah mereka sebagaimana kasih sayang mereka yang tiada tara sejak buaian hingga saat ini. Manfaatlah waktu sebaik mungkin untuk mengabdikan diri kepada orang tua kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun