Mohon tunggu...
Akhmad Saefudin
Akhmad Saefudin Mohon Tunggu... Editor - An Amateur Writer

Penikmat tulisan bagus yang masih saja malas belajar menulis bagus......

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mimpi Kok Di-request, Emang Bisa?

27 September 2021   08:53 Diperbarui: 27 September 2021   12:58 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang bisa mempertemukan dua orang dari masa lalu? Begitu bunyi pesanmu. Belum sempat kujawab, pesan keduamu kembali masuk. "KENANGAN, bukan?!". Kau menulis kata "kenangan" dengan hurup kapital, seolah ingin meyakinkan bahwa kata itulah yang harus kubaca.

Pengirim pesan itu bernama Saman. Sosok lelakiku di masa lalu. Hubungan kami berumur sesaat. Tetiba dia menjadi hantu yang lenyap entah ke mana. Entah beruntung atau sial, nomor kontaknya ternyata masih tersimpan di ponselku. Saat ia mengirim pesan, nama yang muncul memang bukanlah Saman, melainkan "Serangga". Ya, itulah salah satu wujud kemarahan yang kuabadikan sampai saat ini.

"Dulu kamu hanya singgah Mas, tanpa ada niat yang sungguh-sungguh. Tiba-tiba kamu datang di masa kiniku dengan menawarkan kenangan. Agh, yang benar saja Mas. Kamu sama saja sedang menyayat luka yang hampir mengering," begitu balasku.

Awalnya aku hendak marah. Membayangkan bagaimana ia dulu pergi meninggalkanku tanpa satu kalimatpun, justru saat aku tengah mulai kembali belajar untuk mencintai laki-laki. Tetapi kemarahan itu kuurungkan, aku tak ingin menjalani masa depan dengan dada yang sesak.

"Sudahlah, masing-masing kita sudah punya kehidupan sendiri. Tidak perlu menengok masa lalu. Tenang saja Mas, aku sudah lama memaafkanmu," kataku meyakinkanmu. Tentu saja aku menginsafi betul, bahwa memaafkan tidak mesti satu paket dengan melupakan.

Tetapi dia masih saja bekeras hati untuk menjual kenangan. Mungkin dia tipe manusia yang sulit move on, terlalu asyik masyuk meresproduksi masa lalu untuk dikonsumsi hatinya di masa kini. Bukankah itu basi? "Lebih baik kita membincang masa kini dan syukur-syukur berbagi impian tentang masa nanti. Lagian, banyak kenangan denganmu yang sudah hilang dari ingatanku Mas".

***

Perempuan yang satu ini memang spesial. Dia amat disiplin dan keras dengan dirinya sendiri. Sesekali keras kepala juga. Bahkan meski ia harus menanggung risiko kesakitan seorang diri. Tapi aku tak pernah sangsi tentang betapa besarnya cinta dan harapan yang ia sematku untuku.

Namanya Sari, perempuan yang membuat aku beberapa kali merequest mimpi. "Ya Tuhan, cukuplah dengan Engkau hadirkan ia dalam mimpiku". Begitulah cara aku merawat rindu, seperti inilah caraku mengabadikan cinta kita.

Tentu saja aku menolak untuk dianggap hanya berjualan kenangan, meniagakan masa lalu. Bagiku, sehebat apapun manusia hidup di masa kini, sevisioner apapun seorang pemimpin merancang masa depan, mereka tidak mungkin mampu terbebas dari imajinasinya atas masa lalu. Tetapi toh kenangan itu tidak serta merta menyandera masa depannya.

"Kalau saat ini aku datang dengan menyuguhkanmu kenangan, tolong jangan marah ya. Karena inilah satu-satunya titik temu kita, adakah hal lain yang bisa menggantikan?!"

***

Dasar! Kenapa sih kata-katamu selalu ruwet. "You are still sophisticated, kata-katamu selalu sukses mengaduk-aduk perasaanku. Bagaimana mungkin marah, tangis dan tawa bahagia bisa so blended begini".

"Loh, kok bisa ketawa? Bagian mana dari kata-kataku yang bikin kamu tertawa?," katamu seolah tak percaya.

"Huh, ingat aja sendiri! Emang ada ya, request mimpi? Ngaco kamu, ngarep banget"

Kamu tak merespon. Lama. Satu jam lebih bolak balik aku membuka aplikasi chat, tetap saja tak ada pesan baru darimu. Sampai mataku mulai sutur,  mulut sesekali menguap. Kutarik guling, kupeluk erat, sambal reflek melantunkan doa. "Ya Tuhan, cukuplah dengan Engkau hadirkan ia dalam mimpiku". []

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun