Mohon tunggu...
Akhmad Saefudin
Akhmad Saefudin Mohon Tunggu... Editor - An Amateur Writer

Penikmat tulisan bagus yang masih saja malas belajar menulis bagus......

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Bernostalgia dengan Kuliner Masa Lalu di Minggon Jatinan Batang

6 Mei 2018   11:05 Diperbarui: 6 Mei 2018   11:28 2038
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ANDA yang berusia di atas 25 tahun atau generasi 1990 an ke bawah mungkin sesekali kangen dengan menu kuliner tradisional di masa kecil tetapi bingung di mana bisa memenuhinya. Nah, jika ingin bernostalgia dengan selera masa lalu itu, Minggon Jatinan di Kota Batang mungkin bisa menjadi pilihan yang dijamin tak mengecewakan.

Namanya saja sudah unik. Kata Minggon menunjuk pada waktu, yakni setiap Hari Minggu atau bisa juga bermingguan. Sementara Jatinan menggambarkan tempat di mana makanan dan jajanan tradisional itu dijajakan, yakni di Hutan Kota Rajawali yang bercirikan Pohon Jati.

Yang ditawarkan ke masyarakat Batang tentu tak sekadar fisik jajanannya, tetapi juga sensasinya. Penjualnya yang didominasi ibu-ibu juga mengenakan pakaian khas bernuansa tradisional, yakni kebaya plus caping untuk penutup kepala.

"Orang-orang zaman now kan suka dengan sensasi, termasuk saat berburu kuliner. Akan berbeda kalau menu makanan dan jajanan tradisional ini sekadar dijajakan di ruko atau pasar, tetapi tempat dan caranya juga dibuat bercitarasa," tutur Humas Minggon Jatinan, Bachtiyar Rivai, baru-baru ini.

Sejak dilaunching Bupati Wihaji bersama Ketua TP PKK, Uni Kuslantasih, Minggon Jatinan memang membuat penasaran banyak orang. Gemanya tidak hanya di Batang, tetapi juga menjalar ke Pekalongan.

"Ya menikmati serabi, bubur, jamu kunyit atau lainnya di bawah rerimbunan pohon jati kan punya sensasi tersendiri. Apalagi waktunya di minggu pagi sampai menjelang siang, pas untuk orang jogging plus relaksasi sambil rekreasi kuliner khas masa lalu," terang Bachtiyar.

Tak hanya itu, sensasi pun akan dirasakan pembeli yang harus menggunakan koin atau kreweng dengan simbol K sebagai pengganti uang. Pembeli harus lebih dulu menukar uang dengan koin yang perbijinya bernilai Rp 2.000. Kemasan pun menggunakan bahan alami untuk mengurangi plastik.

Suanananya mirip semisal kehidupan zaman kerajaan nusantara. Sementara menikmati menu, pengunjung juga bisa melihat permainan tradisional egrang. Pemainnya pun mengenakan baju tradisional jawa dengan blangkonnya. Dengan berbagai tawaran sensasi itu, aktivitas Minggon Jatinan juga layak dilirik sebagai rintisan digital tourisme karenanya view yang ditawarkan cukup instagramable. 

Minggon Jatinan juga bisa menjadi salah satu pendukung program Visit Batang 2022: Batang Heaven of Asia yang tengah digelorakan Bupati Wihaji dan Wabup Suyono.

"Ini bisa untuk wisata edukasi juga, model transaksi non tunai," imbuh Bachtiyar.

Permainan tradisional egrang
Permainan tradisional egrang
Sejumlah kuliner jadul yang sudah langka di pasaran memang menjadi menu andalan di Minggon Jatinan. Sebut saja sego megono demang, susu jagung, the sereh, kopi lobang, jajanan pasar telo dn sejenisnya, wedang rempah seduh, aneka serabi, gemblong bakar, kinco, hingga buntil jagung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun