Mohon tunggu...
Nurul Fauziah
Nurul Fauziah Mohon Tunggu... Mencintai tulis-menulis

Alumni Ilmu Sejarah FIB UI. Mencintai Literasi dan Musik. Menggemari Film dan Anime. Menulis untuk Bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | "Kemarin-kemarin"

9 Mei 2025   16:19 Diperbarui: 9 Mei 2025   16:19 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Kemarin-kemarin" | Nexuspromo via Pixabay

Kemarin-kemarin, kupikir rasaku hanya meragu. Layaknya mata air nan beku. Sekedar rasa yang datang begitu mendung merundungku. Sementara waktu terus berlalu.

Kemarin-kemarin, egoisku mencegatku. Membuat banggaku terlalu tinggi tuk merunduk pada debu. Terlalu malu tuk merendah dan mengaku. Lantas tahu-tahu, jiwaku ditelan gemerisik rindu nan pilu.

Dan sekarang, aku disini. Mengaku pada setitik fana yang tersisa di sore ini. Merutuk diri, begitu terlambat merebut sekeping hati yang memilih pergi.

"Gue pengen lo bahagia. Tolong. Gue gak pengen ada bencana kalau lo gak bahagia."

Saniang baka, 25 November 2022

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun