Mohon tunggu...
Nurul Fauziah
Nurul Fauziah Mohon Tunggu... Freelancer - Mencintai tulis-menulis

Alumni Ilmu Sejarah FIB UI. Mencintai Literasi dan Musik. Menggemari Film dan Anime. Menulis untuk Bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Beri Waktu

21 Juli 2021   10:00 Diperbarui: 21 Juli 2021   10:06 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beri Waktu, image by Nathan Dumlao via Unsplash

Jiwaku berdansa dalam kesunyian.
Bak menimang cahaya dikabut harapan.
Walau nada-nada terdengar memekakkan.
Kupikir, lebih baik sembunyi dalam jeruji angan.


Aneh ...

Aku tak pernah merasa begini.
Rasa ini sama sekali tak kukenali.
Seperti permata tertimbun dalam ribuan jerami.
Sembunyi-sembunyi, titik dihatiku menabur empati.

Entahlah ...

Situasi ini membuatku bingung.
Jelas aku bukanlah katak dalam tempurung.
Namun ada sesap menyelinap ulung.
Gelombangnya membuatku heran dan ling-lung.

Bagaimana ini?
Tak pernah ku berandai berasa begini.
Rasa baru ini membuat runyam urusan hati.
Tampak bodoh, ketika hari terus berganti.

Bagaimana ku harus menggambarkannya?
Selama ini, kupikir akalku adalah gudang kata-kata.
Tetapi kepalaku malah berasap kacau sel-selnya.
Jika begini, rasanya ingin kabur saja.

Kali ini, dunia yang berisik kubiar saja.
Roda akalku terus berputar mencari logika.
Tolong beri aku waktu bernapas sebentar saja.
Jika tidak, maka hatiku meledak. Kacau sudah segalanya.

Kau mau perang dunia?


[Solok, 17 Juli 2021]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun