Mohon tunggu...
Om asbun
Om asbun Mohon Tunggu... -

Menulis apa saja, kehidupan terlewati tulisan tertinggal...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Rest Area" Tumpah, Kelalaian Penyelenggara Jalan Tol

30 Juni 2017   22:27 Diperbarui: 30 Juni 2017   23:42 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah beberapa kali rest area menjadi sumber kemacetan saat terjadi long week end. Rest area seperti ini saya sebut rest area tumpah, mengikuti istilah pasar tumpah yang sering disebut sebagai biang kemacetan di jalur pantura. 

Rest area yang ada ternyata tidak mampu menampung arus pemakai jalan tol saat terjadi long week end. Bayangkan, jika anda menyupir dari serpon/bintaro/tangerang menuju bandung, untuk masuk bekasi saja butuh waktu 3 jam. Anda mungkin harus ke toilet. Dan pilihan awal ada rest area bekasi, pertama di tol cikampek. Cilakanya, itu pun sering telah ditutup karena penuh. Polisi dan petugas jalan tol selalu menyarankan ke rest area selanjutnya, yang saya rasa petugas pun juga sudah paham bahwa rest area selanjutnya penuh dan ditutup.

Pelajaran saya dapatkan saat kamis, 29 Juni 2017 malam, saya menggunakan jalan tol cipali arah jakarta. Saya menyupir kembali dari jawa tengah. Begitu saya tahu via google map bahwa cipali macet di setiap rest area akibat adanya rest area tumpah tersebut, saya terbayang bahwa dilarang masuk rest area tersebut karena penuh. Akhirnya saya keluar ke cirebon terlebih dahulu via pintu tol plumbon untuk isi bensin baik mobil dan perut, sekaligus istirahat luruskan kaki, untuk 1 jam, dan pilihan itu ternyata menyelematkan saya. Karena betul rest area padat, antrian bensin antri bak antrian sembako gratis.

Dengan mata sendiri saya melihat, banyak mobil ditolak masuk rest area yang akhirnya mereka parkir sembarang di bahu jalan sesudah rest area, parkiran  tersebut panjangnya bisa 100-500 meter setelah rest area. Bahkan ada yang sampai gelar tikar sambil tiduran. Mereka bukan ingin memaksakan kehendak parkir di bahu jalan. Tetapi mereka terpaksa karena mereka lelah, atau mereka sudah rencanakan untuk isi bensin di rest area tersebut, ternyata tidak bisa.

Jadi kini tol cipali hingga cikampek kini punya sumber kemacetan baru, jika dulu sumber kemacetan adalah pintu tol pembayaran kini ditambah dengan rest area. Rest area tumpah, karena banyak pengemudi parkir di luar rest area. Akibatnya kemacetan bisa 5km -10 km menjelang rest area. Bahkan kemarin, saya melihat banyak pengemudi secara sporadis karena kelelahan (mungkin), berhenti jauh sebelum rest area karena kemacetan. Akhirnya kemacetan menjadi lebih parah. Saya biasa cirebon jakarta hanya dalam 3 jam, harus saya tempuh hingga 6 jam, setelah istirahat di cirebon saya jalan jam 21 tiba di rumah Jakarta jam 3 pagi. 

Pihak pengelola jalan tol sepertinya tidak menghitung kapasitas rest area, jika terjadi peak day yaitu saat long week end. Pengemudi hanya mampu menyupir 3 jam dalam kondisi kemacetan, butuh istirahat. Jika lancar mungkin 5 jam masih mampu. Bayangkan anda dari serpong/bintaro ke bandung, terjebak macet dari tol lingkar dalam/luar jakarta hingga 3 jam baru sampai bekasi. Tentu anda butuh istirahat sebentar, akhirnya memilih parkir di bahu jalan di sekitar rest area karena rest area bekasi ditutup. Atau anda dari pantura ke jakarta, anda berpikiran akan istirahat sebentar atau ke toilet di rest area, akhirnya memilih istirahat di bahu jalan. Akhirnya kemacetan makin parah.

Berbeda kemacetan di jalan non tol, anda bisa berhenti dimanapun. Di mesjid, di warung, di toko serba ada, di rumah makan yang berfungsi sebagai rest area untuk bis malam tersebar,  bahkan musim lebaran saat ini koramil menyediakan tempat untuk rest area. Di jalan tol, tentu tidak bisa berhenti sekehendak hati. karena konsep tanpa hambatan. Namun kini dengan alasan service, pengelola jalan tol menyediakan rest area, yang akhirnya membuatnya manjadikan hambatan baru sebagai sumber kemacetan, karena rest area yg ada di jalan tol tdk mampu mengakomodir pengguna jalan tol, sehingga menjado rest area tumpah, seperti pasar tumpah.

Seharusnya pengelola jalan tol, juga membuat rest area dadakan/darurat di luar rest area yang resmi. Rest area dadakan bisa diadakan di pintu tol keluar yg jalurnya lebar namun sepi, atau di pintu tol yang ada kantor pengelola tolnya, atau pintu tol yang langsung ke kawasan perumahan yang memiliki pusat pembelanjaan. Jadi jika rest area resmi penuh, maka pengemudi yang membutuhkan rest area, bisa dialihkan ke rest area dadakan /darurat tersebut, bukan di suruh ke rest area selanjutnya yang kemungkinan sudah penuh dan tertutup.

Yang paling mudah adalah pengelola tol bisa memasang rambu di setiap menjelang jalur pintu tol keluar pun,  tentang keberadaan SPBU di sekitar pintu tol tersebut, jika jarak SPBU tersebut hanya berjarak kurang dari 1 km dari pintu TOL. Jadi pengguna jalan tol tidak ragu untuk keluar tol untuk isi bensin kemudian masuk lagi. Hal ini sangat membantu pengemudi pada saat terjadi peak season liburan seperti ini. 

Atau di setiap menjelang jalur pintu tol keluar, juga tersedia informasi apa yang tersedia di sekitarnya. Jika ada mesjid besar, atau SPBU bahkan rumah makan yang menjadikan sebagai tempat rest area dadakan/darurat akan sangat bermanfaat. Terlebih untuk mengurangi rest area resmi jalan tol saat  long week end yang sangat ramai. 

Semua liburan long week end selanjutnya, tidak terjadi kemacetan di rest area.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun