Bagaimana mencapai kebahagiaan selalu menjadi topik diskusi dan pembicaraan yang terus ada di setiap waktu.
Orang selalu bertanya dan mencari konsep tentang kebahagiaan. Â Apakah bahagia itu acountable (bisa dihitung dan diukur) ataukah uncountable (tak bisa di ukur). Â Bahagia menjadi hal yang sulit dijabarkan, tak bisa dikejar karena bingung akan mengejar kemana dan bahkan ada yang berusaha mencari kebahagiaan ditempat-tempat yang justru kering akan rasa bahagia. Â Mungkin sesaat bisa mendapatkan namun kemudian hilang secepat petir datang. Â Akibatnya seperti minum air lautan mereka terus menerus mencari agar mendapatkan kepingan kebahagiaan itu.
Tak jarang orang meletakkan kebahagian dirinya pada orang lain. Â Menganggap bahwa bahagia itu berasal dari luar diri, akibatnya bila orang lain itu berlaku atau melalukan sesuatu yang tidak sesuai harapannya maka akan merasa dunianya runtuh.
Lebih membingungkan lagi ketika ada sebuah pernyataan dari seseorang bahwa dia akan terus menerus mencari kebahagiaan sejati. Â Namun ketika kutanya tentang definisi kebahagiaan sejati menurut dia itu apa, dia hanya terdiam dan bingung. Â Bagaimana mau bahagia jika apakah bahagia bagi dirinya saja tidak bisa dijelaskan.
Apakah Bahagia itu?
1. Menurut Aristoteles ada 2 macam kebahagiaan :
a.  Hedonia yaitu adanya rasa bahagia yang berakar dari hal menyenangkan. Biasanya  berhubungan dengan perasaan senang jika melakukan hal yang diminati atau disukai, menyayangi diri sendiri, tercapai impian dan cita-citanya dan merasa puas akan hidupnya.
b. Eudaimonia yaitu berdasarkan pencarian tentang makna hidup. Â Memiliki tujuan hidup dan nilai adalah komponen penting dalam mencapai kebahagiaan. Ini terkait dengan pemenuhan tanggung jawab, perhatian terhadap orang lain, dan kemampuan menjalani hidup sesuai idealisme atau harapannya.
2. Â Menurut wikipedia adalahÂ
Kebahagiaan atau kegembiraan adalah suatu keadaan pikiran atau perasaan yang ditandai dengan kecukupan hingga kesenangan, cinta, kepuasan, kenikmatan, atau kegembiraan yang intens.