Mohon tunggu...
Savitri Chandra
Savitri Chandra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Author

Wanderlust, Writer, Baker, love nature photography People who living extraordinary in the ordinary world

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Move On from Zero to Hero

5 April 2021   14:53 Diperbarui: 5 April 2021   14:58 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Pribadi - Bunga Matahari di Parang Tritis

Tema piliha Kompasiana menggelitik juga untuk dijadikan sebuah tulisan, membicarakan Move On dari mantan bisa seru sekali apalagi kalau mantannya lebih dari satu ya.. hahaha..

Tapi belum tentu juga kalau mantannya hanya satu tapi hubungannya sangat mendalam juga pasti susah sekali untuk move on.

Move On tentu saja tidak melulu tentang pacar tapi menurutku adalah kemampuan kita untuk melanjutkan hidup dan melupakan sesuatu hal buruk yang pernah terjadi dalam hidup.

Suatu hari ada seorang teman yang bermaksud baik, men-tag foto seseorang yang aku kenal.  Aku kaget dan mengernyitkan dahi saat melihat foto orang itu.  Aku sebal karena punya pengalaman yang sangat tidak menyenangkan dengannya tapi itu sudah lebih dari 20 tahun lalu kejadiannya.  

Kemudian ketika makin banyak yang kometar di foto tersebut maka makin sering muncul di berandaku.  Dan lama kelamaan rasa marahku padanya seperti di colek-colek lagi, sehingga suatu hari aku begitu marahnya sampai menangis dan mulai mengingat tentang masa lalu.

Rasa tidak berdayanya aku sebagai perempuan muda yang terpaksa tidak melawan walaupun diperlakukan tidak adil. Aku merasa sangat rapuh dan marah. Dan kemudian juga teringat bagaimana perlakuan orang lain padaku sebagai wanita muda yang sedang awal meniti karir.

Ada perlakuan yang semestinya tidak aku terima. Aku berusaha melawan sekuatnya dan tegas. Tapi tetap saja menggoreskan rasa terluka dan terhina.

Aku punya prinsip untuk tidak mau bersama suami orang atau menjadi semacam piaraan lelaki beristri. Pantang kulakukan itu karena aku sadar bahwa itu hanya akan menyakiti kaumku sendiri dan anak-anak.  Selain itu, aku paling ogah jika musti hidup dengan banyak drama. Haram hukumnya buatku.  Ini masalah  Prinsip Hidup yang kuanut dengan taat.

Beberapa hari aku menangis dan menangis karena rasa marah dan jengkel atas ketidakberdayaanku.

Susah sekali   Move On dari rasa mengasihani diriku yang besar ini.

Pada saat aku sudah tidak mampu memendamnya lebih lama lagi, akhirnya aku bercerita pada seorang sahabat sekaligus pembimbing rohaniku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun