Mohon tunggu...
Savitri Chandra
Savitri Chandra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Author

Wanderlust, Writer, Baker, love nature photography People who living extraordinary in the ordinary world

Selanjutnya

Tutup

Diary

Kesurupan Vs Mental Health

25 Februari 2021   09:38 Diperbarui: 25 Februari 2021   10:43 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Pribadi -Sentul 2020

Kamis pagi berhujan sambil mengantar anak ragilku ke sekolah sekalian membeli nasi uduk yg menjadi favoritku. Sambil nyetir, aku mendengarkan cerita tentang pengalaman orang dengan hantu di sebuah saluran radio. Hari ini temanya tentang ketindihan. Banyak yang menelepon bahkan bercerita kalau kemarin malam baru saja kejadian. Yang lucu adalah celetukan dari penyiarnya. Menyegarkan.

Kita sering di cekoki dgn cerita-cerita hantu dan hal-hal menyeramkan tentang roh sejak kecil sehingga terbentuk imaji plus tambahannya yang semakin mengerikan.. Hanya sedikit sekali orang pernah encounter dengan hantu. Tetapi yang takut jauuuhh lebih banyak.

Aku jadi teringat kejadian beberapa bulan lalu di perumahanku. sepulang dari jemput anak, aku melihat sedikit keramaian di rumah tetangga.. Asisten di rumah bercerita kalau pembantu tetangga kesurupan bahkan seminggu ini sudah 3x. Asistenku bercerita bahwa 'katanya' ada yg merasukinya karena sebelumnya rumah itu kosong lama. Dan bla bla bla segala macam yang menyeramkan. Ujungnya berkata, "Ibu, tolong di 'lihatin' dong."

Aku memandang mereka dan menjawab, "Mbak, di dunia ini hanya sedikit sekali orang yang bisa kemasukan roh, hanya sekitar 1 sd 5 persen sisanya adalah masalah kejiwaan atau depresi yang berubah menjadi histeris.

Aku terdiam.. kemudian mengkonfirmasi beberapa hal mengenai anak yang kesurupan. apakah ia adalah pembantu baru, masih kecil dan berumur sekitar 14-15 tahun. Mereka mengiyakan. Aku mengatakan bahawa sesungguhnya anak ini stres karena jauh dari orangtua. Dan di kampung sepertinya ada masalah.

Kemudian asistenku bercerita bahwa memang benar bahwa anak ini masih remaja dan baru kehilangan ayah.

Aku mengatakan supaya disuruh pulang saja. Kasihan anak itu juga keluarga tuannya..

Dari sini aku melihat bahwa kita lebih suka berbicara dan takut dengan hal yang tidak nyata dibandingkan berfikir lebih rasional berdasarkan realitas dan data.

Kasihan juga sih setan jadi bagian disalahkan melulu untuk banyak masalah yang tidak dipahami oleh manusia.

Tentang ketindihan rasanya itu juga bisa di jelaskan oleh Science. Jadi jangan langsung berfikir bahwa ini semua adalah pekerjaan setan.

Bisa jadi kita adalah setan yg sesungguhnya buat orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun