Mohon tunggu...
Save Master
Save Master Mohon Tunggu... -

Kanal tulisan-tulisan untuk perjuangan #SaveMaster.\r\nIngin tulisanmu dimasukkan disini? \r\n\r\nKirim ke tulisan.savemaster@gmail.com.\r\n\r\nCek @SaveMasterID

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Sekolah Master, Apa Kabarmu?*

8 Januari 2015   15:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:34 972
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14206841551411977656

Selepas tempat tersebut, aku dan Bang Rohim serta teman-teman yang lain melanjutkan langkah kami. Tidak sampai seratus meter berjalan, kita akan melihat sisa-sisa penggusuran kios-kios pedagang (penggusuran ini dilakukan lebih dulu, oiya penggusurannya dilakukan sekitar pukul 3 pagi loh, ini membuat pedagang tidak sempat menyelamatkan seluruh barang-barang mereka. Menurut Bang Rohim penggusuran kios ini juga tidak sesuai dengan surat yang diterima para pedagang yang menyebutkan bahwa penggusuran hanya dilakukan kepada pedagang kaki lima yang menempati trotoar dan seharusnya akan dilakukan dua minggu setelah hari itu, penggusuran dijaga ketat oleh kepolisian, satpol PP dan tentara, mungkin ini dilakukan untuk mencegah perlawanan dari mereka yang kehilangan sumber penghidupan, mungkin).

Lokasi yang ditunjukkan Bang Rohim adalah tanah yang di atasnya berdiri kios-kios (salah satu pemasukan sekolah Master), sekolah TK (Taman Kanak-kanak) dan Masjid. Ketiga bangunan ini juga akan digusur oleh pihak perusahaan atau pemerintah karena berdiri di atas tanah wakaf dan bukan milik sekolah Master (tidak ada sertifikat hak milik). Pihak sekolah Master tidak mempermasalahkan penggusuran terhadap tiga bangunan ini, yang menjadi perhatian adalah bagaimana dengan nasib sekitar 200 anak yang bersekolah di TK Master (semoga perusahaan dan pemerintah sempat terpikir, semoga). Untuk mengantisipasi akan digusurnya tiga bangunan ini pihak sekolah Master melakukan beberapa tindakan, salah satunya adalah dengan membangun Masjid Baru (yang aku ceritakan di atas) di dekat Jalan Margonda sebagai rumah ibadah bagi siswa sekolah Master dan warga sekitar (dan mungkin warga apartemen dan pusat perbelanjaan, eh maaf, maksudku warga yang menggunakan terminal nantinya).

Masih dalam benakku terbayang apa yang akan dilakukan oleh 200 anak yang dalam waktu dekat akan kehilangan tempatnya belajar dan berbagi cinta (tidak semuanya memiliki orang tua, dan tak sedikit yang sebatang kara). Ya… mungkin saja mereka akan kembali ke lampu-lampu merah, melawan terik matahari, menengadahkan tangan, bernyanyi kalau bisa bernyanyi, dan kejar-kejaran dengan satpol PP yang akan menangkap tubuh mungil mereka, semoga saja jalanan akan ramah baginya, semoga. Terpampang di hadapan kami sebuah bangunan dengan cat berwarna hijau, sayang, bangunan ini juga akan menjadi runtuhan dalam waktu dekat. Keramaian dan sukacita dari sekitar 600 siswa SMP akan menghilang dan berhenti menghiasi pergantian pagi, siang dan malam di sekolah Master.

Sistem pengajaran di sekolah ini terbilang khas, waktu belajar akan menyesuaikan dengan waktu siswa-siswanya. Ini karena tidak semua siswa memiliki fase bangun dan tidur yang sama. Beberapa anak jalanan yang baru masuk sekolah ada saja yang memiliki siklus tidur pada siang hari dan baru akan terjaga pada malam hari. Aku tidak habis pikir, jika sekolah ini digusur, mereka akan sekolah di mana? Memangnya ada sekolah negeri yang mau menampung mereka? Bahkan terkadang akte lahir pun mereka tidak memilikinya. Pihak sekolah Master juga tidak mempermasalahkan penggusuran bangunan ini dengan catatan pihak perusahaan atau pemerintah bersedia untuk membangun bangunan baru sebagai gantinya di atas tanah di lokasi lain yang dimiliki oleh sekolah Master (catat, di tanah milik sekolah Master). Dengan demikian kegiatan belajar mengajar dapat terus berjalan.

Demikianlah cerita yang aku alami hari ini, setelah berbincang-bincang di Masjid Baru selepas ibadah Dzuhur aku dan teman-teman pamit untuk pulang.

***

Aku dan beberapa teman tidak langsung pulang ke rumah. Kami sempatkan untuk kembali ke Takor, FISIP UI untuk membicarakan informasi yang telah kami peroleh dari kunjungan hari ini. Hingga akhirnya kami memutuskan untuk menceritakan hal ini ke banyak orang melalui tulisan. Namun sebelum tulisan ini dibuat, kami menonton beberapa video yang terkait dengan sekolah Master melalui situs Youtube. Kami mengetahui bahwa kegiatan#SaveMaster rupanya menarik beberapa media televisi untuk mengundang narasumber-narasumber termasuk Bang Rohim hadir di acara mereka. Salah satunya adalah acara Hitam Putih di Trans 7.

Selain video itu, kami juga menemukan video yang ditayangkan secara langsung oleh TV One***. Betapa terkejut kami saat melihat video tersebut. Dalam video tersebut ada pernyataan langsung dari Walikota Depok Nur Mahmudi yang mengatakan, “Tidak ada sedikitpun niat kami untuk menggusur sekolah Master, sesuai dengan program andalan, kami akan memberikan beasiswa bagi mereka yang berprestasi.” Pernyataan ini sangatlah berbeda jauh dengan apa yang terjadi di lapangan. Niat baik Nur Mahmudi untuk memberikan beasiswa belum terealisasi dan justru upaya penggusuran yang sempat tidak jadi malah diteruskan olehnya.

Harapan-harapan dari pihak sekolah Master untuk penggantian tanah asrama seluas 500 m2, pemindahan (pembangunan ulang) bangunan untuk SMP pun tidak mendapat jawaban yang positif baik dari perusahaan maupun pemerintah. Hingga kini, nasib 200 anak usia Taman Kanak-kanak dan 600 anak usia SMP tengah dalam kebimbangan, entah siapa yang dapat membantunya, apakah perusahaan (yang ingin menguasai lahan tersebut), pemerintah (yang alergi dengan anak jalanan), atau justru kita (yang masih bimbang dan menimbang-nimbang)? Oiya, penggusuran akan dilakukan pada tanggal 15 Januari 2015 (entah siang, malam atau bahkan dini hari lagi). Waktu yang sempit untuk menimbang-nimbang bukan?

***

Semoga aku tidak terlambat 17 menit, atau bahkan satu detik untuk hal yang menyangkut nasib anak-anak ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun