Mohon tunggu...
Iya Oya
Iya Oya Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki

90's

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

What? Pesta Seks? Aku Protes Tuhan!

20 Juli 2017   21:40 Diperbarui: 20 Juli 2017   23:02 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: arethusa.blogspot.com

Oh, jadi kenikmatan utama, kenikmatan terbesar di surga itu hanyalah sebuah pesta seks, rupanya. Kalau ditanya apakah saya pingin, ya saya tentu pingin. Jujur, itu asyik.

Tapi... masak sih Tuhan menyuruh kita menguasai hawa nafsu dan bersusah-susah di dunia, melewati ujian ini cuma untuk kemudian berpesta sama bidadari-bidadari yang dadanya montok plus selalu perawan itu? Apa hanya itu balasan  atas perjuangan bersakit-sakit kita di dunia?

Ah, saya kira orang yang mengatakan demikian memang sudah salah berorientasi. Disorientasi! Dan Tuhan pun mungkin akan bingung kalau orientasi kita seperti itu. "Lha, lantas Aku kalian letakkan dimana? Aku yang menyuruh kalian, terus kalian melakukannya bukan karena Aku? Aku memberi surga kepada kalian, terus kalian hanya pingin menikmatinya tanpa kalian menginginkan pertemuan denganKu?" begitu Tuhan bertanya dalam kebingunganNya. Artinya, Tuhan menjanjikan sesuatu dan kita patuh hanya karena satu alasan yaitu menginginkan indehoi bareng bidadari-bidadari bahenol? Tak usah repot-repotlah kalau begitu.  Lampiaskan saja di dunia ini kalau orientasinya seperti itu. Lagian kalau mau pesta seks, di dunia ini kan bisa? Habis itu langsung minta ampun, beres.

Tapi kalau pun Tuhan menawarkan pada saya pesta seks itu saya akan protes dan mengatakan "Kau menyuruhku menahan hasrat, lalu kemudian di surga aku hanya dapat pesta seks? Hei Tuhan,  apa cuma itu? Itu murahan! Yang aku inginkan lebih dari itu, yaitu kenikmatan yang tak bisa dibayangkan, yang belum dirasakan, dan tak didapat di dunia! Bukan hanya pesta seks murahan seperti itu!" Saya akan protes selayaknya demikian. Lho, bayangkan saja, yang katanya "kenikmatan terbesar". Apa pantas kenikmatan terbesar itu cuma pesta seks? Semurah itu? Serendah itu? Sedangkan sebagai manusia kita tak pernah merasa puas kan? Dan apa Tuhan pun sebegitu tak pahamnya dengan kemauan kita sehingga Dia hanya memberikan grand prizeberupa pesta seks? Apa-apaan itu?

Aduuuh, tolonglah... Kok orientasi dan cara berpikirnya serendah itu sih? Tuhan kayaknya disingkirkan, disubordinasi oleh kenikmatan yang dijanjikanNya sendiri. Apa kita mematuhiNya cuma untuk kenikmatan? Terus, kalau misalnya Dia tak menjanjikan surga beserta bidadari-bidadarinya itu, apa kita tetap akan patuh padaNya? Kalau begitu caranya, lebih bagus tak usah ada surga sajalah, kalau orientasinya memang sudah bias begitu. Lebih bagus Tuhan menyuruh kita bertakwa, patuh tanpa pernah menyebut-nyebut surga. 

Lho, kalau begitu kan kita bisa lebih murni mematuhi Dia tanpa ada pretensi-pretensi laten? Hanya karena Dia dan hanya karena Dia. Dan surga beserta kenikmatannya bukanlah sesuatu yang sangat penting yang patut dijadikan orientasi utama. Itu hanya bonus, walaupun kita tahu kalau di dunia ini bukanlah kehidupan. Masak yang namanya kehidupan ada matinya? Yang namanya hidup itu ya nggak boleh mati-mati.[]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun