Mohon tunggu...
Iya Oya
Iya Oya Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki

90's

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Tujuh Hari Empat Malam

27 Mei 2019   20:36 Diperbarui: 29 Mei 2019   19:51 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Orang Tidur (Gambar: Milik Penulis)

"Kita tak bisa menyalahkan siapa-siapa," kata Saprol, "Bahkan untuk menyalahkan para agamawan, guru, orangtua atau yang lainnya.

"Karena persoalan nilai-nilai ini persoalan tingkat tinggi. Ini soal kesadaran pribadi untuk mengetahui ini baik, itu buruk. Tapi apa kita masih pantas mendoktrin sebagaimana kita melarang anak kecil; jangan lakukan ini, jangan lakukan itu?

"Sayangnya mereka bukan lagi anak kecil, walaupun tingkahnya kayak anak kecil. Sebuah larangan pun mungkin bisa saja membuat mereka makin muak.

"Mau gimana lagi? Ini soal kesadaran pribadi," kata Saprol terkesan pasrah.

"Atau mau diajak berpikir supaya sadar? Ah... Berpikir itu bukan sesuatu yang enak. Apalagi untuk bicara soal etika, moral, bahkan akhlak. Itu konsumsi orang-orang tertentu."

Dia sendiri sebenarnya cukup kecewa dengan materi atau bahasan keagamaan selama ini. Dia tidur saat khotbah berlangsung. Bukan sengaja tidur, melainkan memang tertidur.

"Ah, kalau gitu aku mau berangkat lagi," katanya.

Ketika ditanya berapa lama dia akan bertapa, dia menjawab "tujuh hari empat malam lagi."

Sungguh... dunia macam apa yang dikunjungi Saprol? Kok perputaran siangnya bisa lebih banyak daripada malamnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun