Apa sih idealisme itu?
Si Salep berpikir cukup lama untuk menjawab pertanyaan tersebut. Sampai akhirnya dia menyatakan bahwa idealisme adalah secuil kebenaran personal.
"Memang idealisme adalah pikiran manusia yang tak lepas dari berbagai hal yang dipahami atas kehidupan ini. Setidaknya idealisme seseorang cukuplah hanya berlaku bagi dirinya sendiri."
Seseorang bertanya, bukannya idealisme itu subjektif sifatnya?
"Memang hal itu subjektif. Tapi bukan berarti tak objektif. Salah satu tugas manusia di dunia adalah mengobjektivikasikan subjektivitas supaya bisa diterima orang banyak, termasuklah dalam hal agama. Pikiran kita bukannya tak tahu mana sesuatu yang objektif yang bisa diterima banyak orang. Karena itu kita juga harus bisa bersikap moderat mengimbangi subjektivitas dan objektivitas.
Walaupun idealisme itu semacam kebenaran personal, tapi pasti ada kekeliruan. Idealisme pada diri seseorang ditentukan oleh landasan pengetahuannya. Landasan pengetahuan itu bisa agama, sesuatu yang bukan agama, bahkan spekulasi-spekulasi pun bisa menjadi landasan bagi idealisme seseorang, yang tentu itu jauh dari kebenaran. Kita harus sadari bahwa kita membutuhkan suatu pijakan bagi pengembangan pemahaman kita," tuturnya.
Tapi Salep tak pernah bisa menerima jika sebuah idealisme atau ideologi dijadikan semacam agama.
"Bukan tak ada manusia di muka bumi ini yang mengagamakan idealismenya. Bahkan idealisme itu bisa saja menjadi sebuah ideologi kalau di dalamnya terdapat visi-misi tertentu. Ideologi merupakan suatu prinsip kolektif. Bukannya tak boleh kita berideologi. Sebuah bangsa harus memiliki ideologi. Tapi tak seharusnya ideologi itu mensubordinasi agama, walaupun sikap semacam ini tak lepas dari bagaimana kita memahami agama. Karena, pasti ada bangsa yang sudah sedemikian sekuler, dan si sisi lain ada pula yang berpegang pada agama. Sedangkan kita adalah bangsa yang berpegang pada agama. Kalau sudah begitu, berarti ideologi tersebut harus sejalan dengan nilai-nilai agama. Tak menjadi masalah kalau seperti itu kita berideologi."
Sebuah idealisme, bagi Salep, harus ada pada diri manusia. Karena manusia harus berpegang kuat pada pemahamannya. Idealisme bukan sesuatu yang selalu berbenturan dengan pemahaman umum, walaupun memang seringkali tak sejalan.
"Bagaimana pun, kita tak bisa lepas dari yang namanya pemahaman. Kita hidup dan membaca kehidupan, maka secara tak langsung kita memahami kehidupan. Kita punya pikiran yang mengolah segala hal di luar dan di dalam diri kita. Kecuali, bagi orang-orang yang tak mau menggunakan pikirannya sehingga tak ada usaha untuk memahami. Bagaimana dia punya pemahaman kalau dia tak memahami? Orang-orang semacam inilah yang menjadi korban dari indoktrinasi-indoktrinasi sehingga dia akan dengan mudahnya membenarkan doktrin tersebut. Juga, karena idealisme adalah semacam benteng.
Tapi sebuah idealisme tidaklah absolut. Manusia pasti akan mengalami proses dialektis dengan berbagai hal dalam hidup. Pengetahuan kita berkembang, mengalami revisi, karena dalam proses tadi kita menemukan kekurangan-kekurangan atau kekeliruan-kekeliruan sehingga itu harus diperbarui secara terus-menerus.Â