Mohon tunggu...
Iya Oya
Iya Oya Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki

90's

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Setelah Ramadan, Bukannya Menang, Jangan-jangan Kita Justru Kalah

14 Juni 2018   19:39 Diperbarui: 14 Juni 2018   19:43 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Karya Pribadi

Tak terasa ternyata sudah masuk bulan Syawal. Berarti puasanya sudah selesai. Tapi kalau bagi saya sih belum. Why? Coz, di sinilah kita akan membalaskan dendam hawa nafsu yang terkekang tadi, ya kan? Ya kan? Jadi, ya memang belum selesai karena puasa sunah menanti di depan sana.

Entah kenapa ya, saya kok ngerasa justru di bulan Ramadhan itulah kemenangannya. Jangankan di hari-hari esok, lha ini baru selesai puasa saja rasanya akan ada musuh yang menyerang saya dari segala sisi. So... nampaknya saya mau tak mau akan berperang kembali setelah kemenangan kecil ini.

Ya iya, ini baru kemenangan kecil-kecilan. Setelah itu ya bakalan habis-habisan lagi. Kalah lagi, kalah lagi melawan godaan-godaan yang tak bisa dinafikan bahwa hal itu memang semakin kuat. 

Semakin dilawan ya semakin kuat. Apalagi ketika seseorang berusaha mati-matian menahan hawa nafsunya, maka dia akan semakin merasakan bahwa dirinya sendiri adalah hawa nafsu itu. Dan dia juga akan sadar bahwa hidup ini sendiri tak lain adalah berpuasa.

Yang jelas, hal itu tak akan bisa dirasakan bagi orang-orang yang menuruti hawa nafsunya. Karena hawa nafsu itu pun seringkali menjadi penghalang bagi seseorang. 

Walaupun sebenarnya sih bukan sama sekali tak boleh menurutinya. Tapi, yang namanya hawa nafsu itu akan selalu meminta lagi, lagi dan lagi. Jadi kalau selalu dituruti, tentu kecenderungannya mengarah kepada kelalaian atau mengakibatkan sikap berlebih-lebihan. Makanya ya harus ditahan, karena dia inheren dengan yang namanya candu. Sekali diberi ya pasti pingin lagi.

Dan, yang namanya manusia pasti kita pingin bebas. Juga pingin menang kan? Tapi, menang yang bagaimana? Atau, bebas yang bagaimana? Jawabnya bisa ada dua. 

Pertama, bebas dengan menuruti hawa nafsu. Dan yang kedua adalah bebas dengan menjauhi hawa nafsu. Kita memang tak bisa benar-benar bebas, melainkan berusaha bebas dari kekangan. 

Hawa nafsu itu ya sifatnya mengekang; selalu meminta terus-menerus dan tak akan ada habisnya selagi manusia masih hidup. Jalan satu-satunya tak lain adalah dengan menahannya. Soalnya saya sudah mencari cara lain tapi nyatanya tak menemukan.

Yah... namanya juga hidup. Tak ada kebebasan di sini. Tak ada kemenangan mutlak. Kekalahan pasti terjadi karena itu merupakan bagian dari perjuangan, kan begitu? Tapi terus-menerus kalah juga tak bagus. 

Apakah setelah berlalu Ramadhan ini kita benar-benar menang? Atau jangan-jangan justru kita akan kalah kembali, babak belur lagi melawan keliaran diri kita sendiri, yang anehnya kita sering kelimpungan mengendalikannya. Yah... itu sih tergantung pribadinya masing-masing ya...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun