Mohon tunggu...
Iya Oya
Iya Oya Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki

90's

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

"Agama untuk Agama" itu "Nothing"

16 Mei 2018   17:12 Diperbarui: 16 Mei 2018   17:29 643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: koleksi punyakuh

Bicara soal agama dan nasionalisme, barangkali kedua hal itu masih menjadi pembahasan dikotomis bagi sebagian orang. Ada yang masih membicarakan agama hanya dalam konteks agama itu sendiri, dan ada juga yang membicarakan agama dalam konteks yang lebih luas. Kalau saya sih lebih suka yang kedua.

Soalnya suka bosan kalau pembahasan agama dibatasi hanya dalam perspektif agama itu sendiri; kayak misalnya hanya ngomongin soal iman iman iman dan iman melulu (terus kalau ada yang bertanya cara supaya beriman, gimana? Kan iman itu bukan asal percaya buta. Kalau percaya secara buta ya itu gak pakai akal namanya).

And... kalau bisa ya relasikan juga pembahasa agama ke dalam aspek-aspek humaniora. Itu bisa saja. Cuma masalahnya, para agamawan (atau orang-orang beragama lainnya) mau atau tidak ngomongin agama "kesana-kesini". Ibaratnya, orang yang membahas "agama untuk agama" itu kayak lari di tempat. Jadi ya gak kemana-mana. Di situ-situ aja.

Begitupun ketika kita bicara soal nasionalisme. Mungkin saja masih ada yang begitu anti bicara tentang persoalan kebangsaan. Bisa karena anti Pancasila. Bisa karena menganggap negara ini tidak sejalan dengan agama. Atau mungkin ada faktor-faktor lain yang saya tak tahu tapi Anda sekalian tahu itu.

Maka kalau seandainya negara kita punya program untuk menanamkan nilai-nilai nasionalisme yang itu harus dilakukan oleh semua pihak, termasuk agawaman, saya yakin bakal ketahuan mana orang-orang yang bersikap oposisional terhadap nilai-nilai kebangsaan negeri ini.

Tapi ya sudahlah, saya tak mau membahasnya lebih jauh. Walaupun saya tentu pingin tahu siapa-siapa saja yang bersikap seperti itu. Saya penasaran apakah kita masih sevisi berlandaskan pada kesatupahaman kita atas Pancasila atau tidak. Kalau tidak mencintai negeri ini, lalu mau mencintai negeri mana lagi? Terang-terangan sajalah. Tak perlu menipu diri sendiri.

Tapi toh agama dan ajarannya bukanlah untuk agama dan penganut agama itu sendiri. Agama untuk kemanusiaan, termasuklah di situ dalam hal kebangsaan. Agama bukan untuk sesuatu yang partikularistis, melainkan untuk sesuatu yang lebih umum, lebih universal, lebih global, dan bukan gombal-gambel.

So, agama haruslah menyentuh segala macam aspek kehidupan bahkan terhadap hal-hal yang paling modern, karena agama memang harus dapat mengakomodasi segi-segi paling aktual dalam kehidupan. Inilah kenapa saya meyakini agama saya, karena saya mendapati hal itu padanya. Lagipula, dari situlah saya sadar bahwa ini soal bagaimana kita "menggunakan" agama.

Kalau kita tidak bisa membawanya (maksudnya mengimplementasikannya) ke dalam kehidupan saat ini, yang ada malah sikap konservatif atau kolot. Padahal agama tentu didesain Tuhan supaya bisa menjangkau atau melintasi ruang dan waktu, yaitu pada masa agama itu diturunkan, masa saat ini maupun nanti. Agama tentu harus mutakhir, harus modern semodern modernnya melampaui modernitas zaman itu sendiri.

Dari hal demikian, nampaknya kita harus sadar bahwa mempelajari agama bukan hanya mempelajari agama itu sendiri, melainkan juga mempelajari budaya maupun konstelasi sosial (apakah itu politik, ekonomi, dan lain-lain), aspek psikis masyarakatnya, dan termasuklah mempelajari kemajuan peradaban yang melingkupi agama tersebut pada saat ia diturunkan.

Karena agama memang tak lepas dengan hal-hal tadi dan jangan pula dilepaskan darinya! Agama macam apa yang terpisah dari segi-segi kehidupan dan kemanusiaan? Bahwa agama adalah petunjuk bagi manusia supaya kita tahu cara menyikapi kehidupan beserta konstelasi permasalahan-permasalahan di mana kita hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun