Mohon tunggu...
Iya Oya
Iya Oya Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki

90's

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Absurdnya Hidup Tanpa Visi dan Orientasi

17 Januari 2018   21:09 Diperbarui: 18 Januari 2018   02:46 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: ummi-online.com

Rasa-rasanya apa yang disebut kehidupan ini cuma absurditas kalau orientasi dan visinya tak diketahui. Karena kehidupan duniawi ini barulah sesuatu yang parsial; yang belum lengkap dan --apabila kita mau berpikir berkali-kali-- tak layak untuk ditinggali. Atau bisa dikatakan dunia ini bukanlah suatu kesempurnaan, apalagi keutuhan.

Untuk apa kita diciptakan? Untuk menyembah Sang Pencipta, beribadah (dalam definisi yang lebih luas, bukan sekedar ritual keagamaan belaka) dan atau bermuara kepadaNya. Ya, itu jawaban yang logis. Untuk apa segala yang kita lakukan di dunia ini? Apakah yang kita lakukan ini hanya untuk ihwal duniawi itu sendiri? Kalau jawabannya tidak kita ketahui, di sinilah yang saya maksud absurd tadi.

Yang Maha Tinggi dan Yang Paling Rendah

Tak bisa dinafikan kalau dunia ini merupakan ciptaanNya yang paling rendah --berikut dengan segala kematerian lainnya. Kalau ada yang paling rendah, berarti ada yang paling tinggi atau Yang Maha Tinggi. Jadi sebenarnya orientasi hidup kita tak terlepas dari kedua hal ini. Apa kita begitu menginginkan dan mencintai kehidupan yang rendah ini, atau menginginkan pertemuan dengan Dzat Yang Maha Tinggi, berikut dengan  yang ada di sisiNya, lantaran di sana juga pertemuan itu terjadi, ini yang menjadi landasan dalam hidup.

Pilihan atas kedua orientasi tadi pun harus ditentukan dari sekarang. Tapi barangkali ada yang bilang begini: "soal surga itu ya nanti, karena sekarang ini urusannya dunia." Memang persoalan ukhrawi itu soal nanti. Tapi kembali lagi, bahwa ini soal orientasi dan visi. Lagipula, karena apa-apa saja yang dilakukan manusia di dunia ini sekarang, akan menentukan apa yang akan diperolehnya di sana nanti. Benar-benar absurd kalau tak ada visi semacam itu, dan hidup hanya sebatas dimaknai secara parsial dunia ini saja.

Jadi persoalannya adalah memahami kehidupan secara integral, utuh, dan tidak partikularistis. Ada sesuatu yang hakiki di balik yang lahiriah ini. Bisa dikatakan tidaklah memuaskan dan tidak bisa dikatakan sebagai kebahagiaan dari segala kebahagiaan karena ketidaksempurnaannya; dalam arti, masih ada kerancuan, keburukan, negatifitas, dan hal-hal semacam itu. Karena memang sebenarnya Tuhan ingin memberikan kebahagiaan yang hakiki dan bukan kesenangan temporer belaka. Lalu yang mana yang akan dipilih, ini yang mesti ditentukan dari sekarang dan bukan nanti.

Saya jadi yakin, kalau saja orientasi ukhrawi tadi dijadikan visi, ketidakberesan pun tidak akan menjadi-jadi. Tapi kalau tidak ada visi semacam itu dan kehidupan hanya dimaknai sebatas menginginkan dunia, yang ada adalah sebagaimana fenomena-fenomena yang sudah dan masih sering kita saksikan; egoisme, korupsi, rakus, mau menang sendiri, bahkan tak ada penyesalan terhadap keburukan yang dilakukannya. 

Mau lebih parah yang bagaimana lagi? Mau gimana lagi kalau manusianya tak takut dihukum? Mau bilang apa  lagi kalau hukuman Tuhan dianggap imaji atau dongeng belaka? Kalau saja kita mau berpikir, bertafakur, memahami secara mendalam, persoalan ukhrawi tadi jelas berdampak pada perilaku dan kehidupan seseorang, kalau memang dia mengorientasikannya secara tepat, yaitu kepada Dzat Yang Maha Tinggi, berikut apa yang ada di sisiNya. Nyatanya, kalau orientasinya sebatas duniawi yang rendah ini, itu pun  berkonsekuensi merendahkan manusianya, lantaran kemudian dia berperilaku sebagaimana yang sudah atau sedang kita saksikan sekarang.[]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun