Ada apa ini? Kenapa? Alasannya apa, kok Jenderal Gatot ditolak begitu?
Siapa yang tidak marah? Saya sebagai orang Indonesia jelas marah kalau Panglima TNI diperlakukan begitu.
Transparan-lah... Kalau memang mau ngundang, ya silahkan ngundang. Jangan tiba-tiba diperlakukan begitu.
Hal-hal semacam ini yang seringkali memperlihatkan kemunafikan-kemunafikan. Ada yang masih ditutup-tutupi di era globalisasi dan demokrasi ini. Apa itu? Memangnya ada apa dengan Jenderal Gatot? Apakah AS punya masalah dengan pribadinya? Atau, apa AS punya masalah dengan Indonesia? Atau, apakah AS mau buat masalah dengan Indonesia? Saya selaku warga Indonesia masih mempunyai impresi positif terhadap Jenderal Gatot. Kasih jalan kalau memang tak ada masalah. Tapi kalau ada masalah, terangkan secara jelas pada warga Indonesia semuanya.
Ya, kita memang butuh keterbukaan. Sekarang ini kalau ada yang ditutup-tutupi, itu sama saja dengan mengecewakan orang lain. Dan kalau masih ada sikap seperti itu, artinya sama saja dengan merendahkan pihak lain, yang dalam konteks ini adalah Indonesia.
Saya saja kalau ada orang yang menolak saya tanpa memberitahukan sebabnya --apakah itu teman atau siapapun-- saya tentu jadi tak enakan. Jangan main rahasia-rahasia di zaman seperti ini. Segala kebusukan dan kemunafikan bisa terlihat dengan mudah.
Memang, kalaupun Jenderal tetap berangkat, yang jadi masalah adalah ketertutupan mereka. Sikap mereka itu lho... Hal itu yang membekas di pikiran dan hati ini.
Dan sebuah sikap tertentu, apapun itu, jelas akan memberikan dampak yang besar bagi pihak tersebut.
Saya sudah cukup tahu bagaimana AS memperlakukan umat Muslim. Ditambah lagi persoalan yang satu ini, saya jadi tambah tidak bersimpati kepada mereka.
Siapa yang mau bertanggungjawab? Siapa yang mau menjelaskan secara eksplisit dari pihak mereka? Jangan cuma dubesnya saja yang minta maaf. Kita ingin bosnya langsung yang angkat bicara --siapapun itu orangnya. Ini bukan soal personalitas Jenderal Gatot saja. Ini persoalan bangsa Indonesia secara keseluruhan. Ini soal harga diri, martabat, dan yang terpenting adalah hak kejelasan maupun keterbukaan dari sesuatu yang ditutup-tutupi. Juga, jangan asal dianggap selesai tanpa keterangan. Itu lebih menghina namanya karena menyepelekan sesuatu. Lagipula, tak usah diminta pun harusnya mereka sudah tahu harus berbuat apa. Gimana coba kalau negara adikuasa tidak bisa bersikap bijaksana?