Mohon tunggu...
Satya Anggara
Satya Anggara Mohon Tunggu... Lainnya - Academic Researcher and Investor

Menyajikan tulisan seputar dunia investasi, bisnis, sosial, politik, humaniora, dan filsafat. Untuk korespondensi lebih lanjut, silahkan hubungi melalui kontak yang tertera di sini.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membaca Ulang Sejarah Kereta Api di Indonesia: Memahami Masa Lalu untuk Masa Kini dan Masa Depan

27 April 2021   12:16 Diperbarui: 27 April 2021   14:15 1261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
MRT, LRT, KRL Sumber: https://lrtjabodebek.adhi.co.id/

Memang betul bahwa dalam pembangunan infrastruktur relokasi tidak dapat dihindari. Lagipula, ada kalanya juga relokasi membawa berkah tersendiri bagi masyarakat, paling tidak secara finansial. Hal ini sebagaimana yang dialami warga desa Sumurgeneng di Tuban yang lahannya dibeli dengan harga tinggi oleh Pertamina (Bramasta,2021).

Warga Tuban Berbondong-Bondong Membeli Mobil Sumber: https://voi.id/
Warga Tuban Berbondong-Bondong Membeli Mobil Sumber: https://voi.id/
Kendati demikian, kasus tersebut justru menyingkap dampak buruk lain. Tidak sedikit warga yang mendadak kaya kemudian mempergunakan uang ganti ruginya secara tidak bijak dengan cara membeli kendaraan bermotor kendati tidak memiliki keahlian dalam mengendarainya. 

Dorongan konsumtif ini oleh kalangan sosiolog dikenal dengan sebutan Demonstration Effect, yakni suatu kondisi di mana seseorang terdorong untuk meniru perilaku orang lain, utamanya dalam keadaan yang rawan memicu rasa iri. Jika tidak dikontrol dengan bijak, bukan hanya bahwa ke depannya masyarakat akan merasakan dampak ekonomi lanjutan, melainkan juga perubahan perilaku dan pandangan secara sosial.

Singkatnya, pembangunan infrastruktur penunjang seperti kereta api, MRT, hingga bandara tidak cukup hanya dilihat berdasarkan utilitas ekonomi dan politiknya dalam jangka pendek. Di luar dampak sosial juga, para pemangku kepentingan perlu mempertimbangkan dengan matang apakah ke depannya infrastruktur yang dibangun ini hanya akan sekadar menjadi pemanis sesaat ataukah ada keberlanjutan manfaat yang jauh lebih besar bobotnya ketimbang mudharatnya.

Kita tentu tidak menginginkan infrastruktur yang mati sesaat setelah pembangunan hanya karena ketidakjelasan visi di awal. Kita tentu menginginkan infrastruktur penunjang yang dapat dijangkau dan bermanfaat bagi sebanyak mungkin masyarakat, bukan hanya untuk kepentingan ekonomi dan politik para elit. 

Pemangku kepentingan hari ini jangan sampai melakukan kekeliruan yang sama sebagaimana pemerintah kolonial yang hanya melihat infrastruktur penunjang sebagai sarana untuk mengalirkan kekayaan bumi keluar tanpa memikirkan hajat hidup orang banyak. Pemangku kepentingan juga tidak boleh mengulangi kesalahan Pemerintah Orde Baru dalam hal tumpang tindih kebijakan pembangunan yang tak jarang menciptakan kontradiksi antara satu kebijakan dengan kebijakan lainnya. Tak ketinggalan, pemangku kepentingan juga harus meminimalisir munculnya kebijakan yang manisnya justru merusak masyarakat di masa depan selayaknya manisnya gula yang memicu diabetes di hari tua.

Di balik sejarah kereta api Indonesia, terdapat juga penyadaran mengenai betapa kompleksnya tantangan pembangunan di negara ini. Untuk mencapainya, yang dibutuhkan bukanlah motivasi altruis maupun kepentingan egoistik semata, melainkan kombinasi antara keduanya. Dengan demikian, pemangku kepentingan perlu secara pandai meramu kedua hal ini agar bersama-sama keduanya dapat menciptakan pembangunan yang betul-betul tepat sasaran.

Masalahnya, hal ini mudah dibicarakan ketimbang dipraktikkan. Pertanyaannya, bagaimana cara memulainya? Jawabannya penulis serahkan pada interpretasi para pembaca. Sekian...

Referensi

Bramasta, D. B. (2021, Februari). Video Viral Warga Desa di Tuban Ramai-ramai Beli Mobil, Kades: Ada yang Beli 2 hingga 4. Dikutip dari situs Kompas.com.

Fadly, A. (2021, Januari). Konflik Agraria Sektor Infrastruktur Didominasi Proyek Strategis Nasional. Dikutip dari situs Kompas.com.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun