Mohon tunggu...
Satya Anggara
Satya Anggara Mohon Tunggu... Lainnya - Academic Researcher and Investor

Menyajikan tulisan seputar dunia investasi, bisnis, sosial, politik, humaniora, dan filsafat. Untuk korespondensi lebih lanjut, silahkan hubungi melalui kontak yang tertera di sini.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Bijak Belanja Bluechips: Menakar Kelayakan Optimisme Pasar Saham Hari Ini

27 November 2020   09:57 Diperbarui: 28 November 2020   08:37 958
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
IBM, salah satu penghuni Nifty Fifty di Amerika Serikat pada masanya Sumber Gambar: https://www.forbes.com/

Pengalaman pribadi mengonfirmasi hal ini. Penulis pernah mengadakan kegiatan Sekolah Pasar Modal yang dikerjasamakan dengan Bursa Efek Indonesia dan salah satu sekuritas yang cukup populer. Pada satu sesi, pemateri dari sekuritas pernah memberikan komentar mengenai saham salah satu bank BUMN yang juga tergolong sebagai bluechips,

“Perusahaannya nggak mungkin bangkrut, Bapak dan Ibu, karena kalau sampai bangkrut itu berarti negara kita collapse. Beli sahamnya sambil merem aja ini.”

Yang luput dari penjelasan beliau saat itu (entah disengaja atau tidak) adalah fakta bahwa hari ini, setelah dua tahun berlalu, harga saham bank ini nyaris tidak bergeming. Sementara itu di saat bersamaan, dividend yield sahamnya hanyalah sebesar 3 – 4% per tahun, membuat imbal hasil investasi di bluechips semacam ini bahkan lebih buruk dibanding deposito di banknya sendiri.

Lantas, mengapa ada bluechips yang performanya jauh dari memuaskan seperti ini, sedangkan masih ada juga yang performanya di atas rata-rata? Bagaimana pula kita dapat bersikap dengan lebih bijak pada iklim investasi hari ini sehubungan dengan animo yang tinggi untuk mengoleksi bluechips?

Untuk menjawab keduanya, kita perlu menyimak sejarah singkat mengenai “Nifty Fifty”, kelompok saham bluechips di Amerika Serikat pada tahun 1960 – 1970 dan apa yang terjadi setelahnya pada saham dan perusahaan yang ada di dalam kelompok ini.

Istilah Nifty Fifty merujuk pada sekelompok saham bluechips yang bukan hanya memiliki kapitalisasi raksasa pada masanya, melainkan juga prospek bisnis dan kinerja di atas rata-rata. Kendati demikian, tidak pernah ada daftar resmi saham yang masuk ke dalam kategori ini berhubung kategori ini bukanlah indeks resmi.

Beberapa perusahaan yang cukup ternama di dalam kelompok ini mencakup Coca Cola, Disney, Kodak, dan Xerox. Kendati merupakan bluechips pada masanya, namun seiring dengan berjalannya waktu, kondisi keempat perusahaan ini sekarang berbeda-beda. Coca Cola dan Disney masih menjadi yang terdepan di bidangnya, sementara Kodak dan Xerox terpinggirkan oleh pesatnya kemajuan teknologi.

Pada masa gemilangnya, saham-saham di dalam Nifty Fifty bukan hanya mampu memberikan pertumbuhan signifikan yang terlihat dari besaran return on investment, melainkan juga menawarkan harga premium bagi peminatnya.

Sebagai kelompok saham yang dibeli dan disimpan untuk jangka panjang karena prospeknya yang dipandang gemilang, saham-saham Nifty Fifty umumnya memiliki nilai Price to Earning Ratio (PER) beberapa kali lipat di atas rata-rata indeks.

Hal ini ditunjang oleh minimnya penawaran dan tingginya permintaan terhadap kelompok ini serta oleh anggapan bahwa tidak ada harga yang terlalu mahal untuk Nifty Fifty.

Sedikit mengulas ulang, PER merupakan indikator yang menilai seberapa tinggi investor mau membayar untuk setiap Rupiah atau Dollar keuntungan bersih perusahaan. Misalnya jika suatu perusahaan mampu menghasilkan keuntungan tahunan sebesar Rp. 100 dengan harga saham Rp. 1,000, maka nilai PER-nya adalah 10. Semakin tinggi nilai PER, semakin mahal saham bersangkutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun